Mengapa Mereka Menolak Syariah?
Seiring dengan semakin maraknya tuntutan penegakan syariah Islam di Indonesia, upaya untuk mem-bendungnya pun semakin menguat. Meskipun sebenarnya dilakukan oleh segelintir orang yang selama ini memang dikenal berpikiran liberal- gerakan penolakan syariah Islam ini dilakukan secara sistematis dengan menggunakan media massa yang kental dengan kepen-tingan kapitalis. Jaringan anti syariah inipun, tidak hanya bersifat lokal tapi juga internasional.
Suara-islam.com--Gerakan anti syariah merancang berbagai strategi. Lewat berbagai cara mereka melakukan stigmatisasi negatif terhadap syariah Islam. Rekomendasi ini antara lain diusulkan Cheryl Benard. Menurutnya, ada beberapa ide yang harus terus-menerus diangkat untuk menjelekkan citra Islam: demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, ke-adilan Islam, minoritas, pakaian wanita, dan kebolehan suami untuk memukul istri. (Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies, the Rand Cor-poration, hlm. 1-24).
Strategi penting lainnya adalah melemahkan umat Islam. Barat menja-lankan politik pecah-belah; antara lain mengklasifikasi umat Islam dalam berbagai golongan misalnya Islam funda-mentalis vs moderat; Islam struktural vs kultural; Islam formalis vs substansialis; Islam radikal; Islam teroris; dan istilah lain yang memecah-belah umat Islam.
Barat juga mengadu domba antar kelompok Islam. Strategi ini bisa dibaca pada langkah-langkah yang diusulkan Cheril Benard. Menurutnya, harus didukung upaya untuk membenturkan kelompok tradisionalis dengan kelompok fundamentalis.
Beberapa ulama atau tokoh Islam yang berpikiran moderat pun digunakan untuk secara langsung atau tidak me-nolak syariah. Memang sang ulama tidak mengatakan secara langsung anti syariah tapi pada dasarnya sama, menolak syariah.
Muncullah pernyataan, kita setuju syariah tapi sekedar substansinya; kita setuju syariah tapi sekedar individu dan bukan oleh negara; kita setuju syariah tapi yang tidak bertentangan dengan kultur Indonesia dan ungkapan-ung-kapan lain yang essensi sama: menolak syariah Islam. Sebab tidak mungkin syariah diterapkan kalau hanya substan-sinya, sama juga tidak mungkin syariah Islam secara praktis diterapkan kalau tidak dengan negara.
Terperangkap Pemikiran Sekuler
Terdapatnya tokoh maupun intelek-tual yang menolak syariah memunculkan pertanyaan kenapa mereka menolak syariah Islam. Pengaruh cara berpikir yang liberal dan sekuler dianggap menjadi penyebab yang utama. Pendapat seperti ini antara lain disampaikan oleh Dr Daud Rasyid. Menurut pakar hadits yang juga merupakan dosen UIN Gunung Jati Bandung ini, ada tiga faktor kenapa muncul penolakan syariah Islam dari tokoh Islam ini. Yang pertama, menu-rutnya banyak terpengaruh oleh cara berpikir Barat yang bersifat sekularistik. Agama bagi mereka dianggap masalah pribadi individu manusia. Tidak boleh dicampuri oleh negara. Dan sekularisme itu menjalar di umat Islam, dan yang menjadi korbannya para intelektual muslim.
Yang kedua bisa jadi apa yang mereka lakukan itu terpaksa, lanjutnya. Meng-ingat menegakkan kekuasaan Islam itu tantangannya sangat berat. Akhirnya mereka ini berpikir, sudahlah tidak usahlah dibicarakan lagi tentang syariah Islam oleh umat Islam. Yang perlu kita laksanakan ya ajaran-ajaran yang sifat-nya pribadi saja.
Kemudian yang ketiga menurut lulusan Fakultas Dar al-`Ulum, Univer-sitas Kairo ini, disebabkan oleh ter-giurnya mereka dengan pola yang berkembang di Barat, yakni negara tidak lagi ikut bercampur dalam soal urusan agama. “Di antara mereka ada yang beranggapan bahwa Islam itu sudah terbelakang. Nah ini yang berbahaya. Artinya mereka itu menganggap Islam produk yang tidak layak lagi sehingga tidak perlu dijalankan lagi. Kalau meng-anggap seperti ini, maka dilihat dari sisi akidah ia sudah keluar dari akidah Islam,” tegasnya.
Hal yang senada disampaikan KH A Cholil Ridwan. Menurutnya, tokoh yang selama ini menentang syariah, pemiki-rannya sudah terkontaminasi dan ter-pengaruh oleh ideologi pragmatisme, sudah tidak berakidah kaffah, secara ubudiyah dia kaffah, tapi secara akidah dia tidak kaffah. Padahal, menurut Ketua MUI Pusat ini, aqidah Islam mengata-kan Alquran itu hudan linnas, Alquran itu sangat lengkap, yang mengatur semua aspek kehidupan termasuk soal negara, pemerintah, sosial, budaya dan sebagai-nya. “Ulama yang telah terperangkap ideologi pragmatisme, melihat kepen-tingan sesaat ini yakni bahwa Indonesia akan sejahtera secara ekonomi dengan melawan kapitalisme, itu sangat berat. Cuma mereka sendiri menolak syariah Islam,” ujarnya.
Dibeli Asing ?
Pidato Bush di konvensi tentara AS tanggal 28 Agustus 2007 yang lalu merupakan pernyataan perang melawan perjuangan tegaknya syariah dan Khi-lafah. Dalam wawancaranya dengan IA Malaysia yang dikutip oleh ITAR-TASS, Bush pun menyerukan pemimpin Mus-lim untuk memerangi siapapun yang ingin menegakkan Khilafah dan menye-barkan syariah di permulaan abad ke 21 ini.
Banyak pihak bertanya, mengapa Bush berulang-ulang dalam pidatonya menyerang ide Khilafah dan syariah? Menurut Muhammad Ismail Yusanto, kekhawatiran ini wajar saja karena dengan tegaknya Khilafah dan syariah, penjajahan Barat terutama AS di negeri-negeri Islam akan berakhir. “Khilafah akan menyatukan umat dan syariah akan menggantikan posisi sekularisme yang menjadi pangkal berbagai persoalan umat. Dua perkara ini, syariah dan Khilafah, akan menghentikan dominasi AS di negeri-negeri Islam,” ujarnya.
Karena itu menurut Juru Bicara Hizbut Tahrir ini, kepentingan yang diusung oleh tokoh atau intelektual yang menolak syariah sesungguhnya adalah kepentingan asing yang khawatir penja-jahan kapitalisme mereka di dunia Islam akan berakhir kalau syariah Islam diterapkan.
Bisa dimengerti kenapa Barat de-mikian serius dan sungguh-sungguh melakukan upaya untuk membendung syariah Islam, bahkan kalaupun harus mengeluarkan dana yang besar sekali-pun. Seperti yang ditulis oleh David E Kaplan Washington telah mengeluarkan ribuan juta dolar bagi kampanye mem-pengaruhi bukan hanya masyarakat Islam tetapi Islam itu sendiri. (David E. Kaplan, Hearts, Minds, and Dollars, www.usnews.com, 4-25-2005).
Salah satu cara paling efektif untuk melakukan propaganda anti syariah Islam adalah dengan memanfaatkan umat Islam sendiri, terutama para intelektual dan ulama yang terpengaruh dengan pemikiran sekuler dan moderat. Paul Wolfowitz mengatakan, “Perang ini harus dijalankan utamanya di negeri-negeri Muslim itu sendiri dan oleh Muslim."
Kelompok moderat lalu didorong untuk memperbanyak hasil kajian yang menunjukkan kesesuaian Islam dengan sekularisme, demokrasi, dan ide-ide turunannya. Zeyno Baran, analis dari The Nixon Center menyarankan, "Anda menyediakan dana dan membantu membuat ruang politik bagi Muslim moderat untuk mengorganisasi, mence-tak, menyebarkan, dan menterjemahkan hasil kerja mereka."
Tentang adanya kemungkinan tokoh dan intelektual ini dibeli oleh asing diamini oleh DR. Daud Rasyid. Menurut-nya saat ini banyak orang-orang di ormas-ormas Islam itu tersebut yang sudah terpengaruh oleh pemikiran Barat. Tidak sedikit tokoh-tokoh dari ormas Islam dibina pendidikannya di Barat. Sehingga mereka-mereka inilah yang menjadi perpanjangan tangan dari kepentingan sekularisme.
Barat pun, lanjutnya, memberikan tawaran uang dan sebagainya, ada yang memberikan tawaran-tawaran, bantuan-bantuan dan hatinya terketuk. “Konse-sinya perjuangan syariah itu jangan sampai di blow up lagi. Atau dengan kata lain di petieskan lah, karena itulah Barat pun berusaha untuk tetap memperta-hankan pemberian bantuannya itu,” katanya.
Pernyataan senada disampaikan KH Cholil Ridwan, dalam pandangannya sangat tidak mustahil sebagian tokoh itu ada yang memang dibeli asing. Dalam dunia politik kan tidak ada teman abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. “Tokoh umat Islam yang punya kepen-tingan untuk memenuhi ambisinya menjadi pemimpin atau penguasa bisa saja mengambil hati kekuatan asing untuk menolak syariah Islam, “ tegasnya.[Farid/www.suara-islam.com]
0 comments:
Post a Comment