Remaja, Gaya, dan Identitas
Bukan perkara aneh bila remaja dicap sebagai kelompok yang doyan bikin heboh. Termasuk dalam urusan gaya. Ya, macam-macam gaya deh. Mulai soal pakaian, dandanan rambut, segala macam asesoris yang menempel, selera musik, atau pilihan-pilihan kegiatan yang dilakukan. Dan, karena dalam ‘aturan’ kehidupan modern seringkali manusia cuma diukur dan dinilai dari sisi humanismenya semata. Yakni dengan memberikan poin positif atau negatif kepada seorang manusia tergantung penampilan luarnya semata. Makanya nggak heran dong, bila itu semua adalah bagian dari pertunjukan identitas dan kepribadian diri.
Remaja bisa memilih tipe-tipe kepribadian yang diinginkan lewat contoh-contoh kepribadian yang banyak beredar di sekitarnya—bintang film, bintang iklan, penyanyi, model, bermacam-macam tipe kelompok yang ada—atau kamu bisa menciptakan sendiri gaya kepribadian yang unik, yang berbeda, bahkan jika perlu yang belum pernah digunakan oleh orang lain pun dicobanya. Wuih, bener-bener heboh. Sekali lagi, heboh!
Mau tahu contohnya? Gaya rambut model Tom Cruise dalam film Mission Impossible 2 pun udah banyak remaja yang ngikutin. Kamu pasti tahu, model rambut itu namanya gaya retro. Oya, selebritis yang jadi penganut gaya rambut model retro bukan cuma suaminya Nicole Kidman aja tuh, di situ masih ada Mark Wahlberg—itu bisa dilihat dalam film terbarunya, So You Wanna Be A Rock Star (juga disebut Metal God). Sekadar tahu saja, film yang baru mau rilis 2001 ini diangkat dari kasus penggantian vokalis Judas Priest, Rob Halford, oleh seorang salesman, Tim "Ripper" Owen, pada 1996—namun Wahlberg masih pake gaya Judas Priest era 70-an, tuh. Selain Mark, masih ada Josh Hartnett, juga Sofia Coppola (istrinya Spike Jonze) muncul dengan The Virgin Suicides, juga dengan gaya retronya. Well, kamu pasti gaul juga kan dengan seleb-seleb yang disebut belakangan?
Model rambut gondrong—lebih tepatnya acak-adul—itu memang mulai marak lagi, coy. Selain gaya rambut retro, masih ada gaya grunge yang diilhami mendiang vokalis-nya Nirvana—Kurt Cobain. Tapi itu hebohnya di awal tahun 90-an. Kalau yang lainnya? Wow, masih ada, yakni model plontos gaya Michael Stipe atau yang digandrungi oleh para selebriti lapangan hijau, macam Fabien Barthez, atau David Trezeguet dan yang lainnya. Itu baru urusan rambut aja, lho. Tapi sudah bisa bikin heboh remaja. Ya, biasalah, anak remaja memang sukanya bikin heboh dan aneh-aneh.
Masih soal gaya rambut, ternyata ia juga bisa menunjukkan identitas gerakan budaya kaum tertentu. Anthony Synott (1993) berhasil memberikan penjelasan yang bagus tentang rambut. Dalam beberapa hal, rambut tidak sekadar berarti simbol seks penanda laki-laki dan perempuan. Ia juga simbol gerakan politik kebudayaan tertentu. Menurutnya, model rambut yang berbeda menandakan model ideologi yang berbeda pula. Tahun 50-an yang membawa iklim pertumbuhan dan kemakmuran di Amerika ikut menghembuskan kebebasan ekspresi individual baru termasuk jenis model rambut baru. Model rambut yang dibentuk menyerupai ekor bebek menjadi sangat populer saat itu. Tokoh-tokoh utama jenis rambut ini adalah Elvis Presley dan Tony Curtis. Setelah itu berlangsunglah era model rambut beatnik look yang dipelopori oleh James Dean dan Marlon Brando. Jadi begitu Brur. Kalo perkembangan sekarang? Ya, seperti yang sudah diungkap di awal tulisan ini.
Krisis PD
Sobat, tingkah sebagian besar teman remaja yang begitu tentu ada sebabnya dong. Iya nggak? Biasanya doi kena krisis PD. Nggak percaya, coba aja tanyain sama teman kamu yang hobinya dandan. Bener lho, kayaknya perlu juga menyimak pendapat Dr. Seymour Fisher. Mau tahu siapa dia? Seymour adalah seorang peneliti di Amrik sono. Apa yang dikatakannya? Begini, Man, menurut doktor tersebut, remaja mudah sekali terkena krisis kepercayaan kepada dirinya sendiri. Nggak percaya? Kamu minder nggak kalo muka kamu jerawatan? Ngaku aja deh kalo kamu juga minder, kan? Sori bukan nuduh, lho! Makanya kamu berusaha menutupi kekurangan kamu dengan berbagai macam obat supaya tuh jerawat bisa minggat dari wajah kamu. Tentu tujuan mulia kamu supaya bisa tampil lebih percaya diri dan nggak diledekin teman-teman kamu.
Juga coba perhatiin, teman remaja yang kena krisis pede, pasti doi salting bila ada yang kurang dalam dirinya. Doi merasakan semua orang seakan menelanjanginya (idih sadis banget?) Selain jerawat, ada juga teman kamu yang gerah dan merasa inferior di hadapan teman-temannya gara-gara punya tahi lalat. Lho, kok malah minder sih, bukannya senang? Apalagi tahi lalat itu nemplok di dagu kayak Rano Karno, bisa diuber cewek sekampung tuh! Tapi jangan dulu nuduh begitu dong, ia mungkin saja wajar kalo harus minder, kenapa? Doi punya tahi lalat yang tumbuh di sekujur tubuhnya (ih, itu sih bukan tahi lalat, item kali).
Nah, menurut Dr. Seymour, akhirnya remaja harus ‘mengubah’ diri untuk menutupi kekurangan yang ia rasakan. Untuk apalagi kalo bukan untuk bisa diterima gaul dengan penuh pede di gank-nya. Karena itu, nggak usah heran bila ada remaja yang maksain tampil gaya dan gaul, hanya untuk menunjukkan identitas dirinya. Padahal, sebenarnya ia cuma berani menjadi orang lain, bukan dirinya. Remaja model begitu berlindung di balik wajah dan gaya orang lain, bukan dirinya. Mau contoh? Ada anak cewek yang setengah hidup ingin suaranya seseksi Mandy Moore misalnya. Atau ada juga teman remaja yang menghabiskan koceknya cuma ingin tampil seperti para selebriti pujaannya. Misalnya ada yang ingin menjadi Billy Crudup dan Jason Lee di Almost Famous, dengan mempermak abis rambutnya dengan gaya ala Fu Manchu. Itu lho, model rambut yang dipadu dengan denim tambal-tambal dan kumis tebel. Padahal untuk begituan nggak sedikit duit yang harus dikeluarkan.
Apakah kemudian teman remaja yang begitu jadi tambah pede? Sebagian bisa jadi memang begitu. Padahal, itu nanti bakal muncul problem baru. Kenapa? Paling nggak, doi selamanya nggak merasa bahwa ia menjadi dirinya, tapi menjadi orang lain. Suatu saat nanti ia akan ‘kehilangan’ jati dirinya. Hanya gara-gara ingin tampil untuk menunjukkan identitas supaya diterima di kelompoknya. Seperti kata pepatah, “Jika engkau senantiasa menghadap ke matahari, maka selama itu pula engkau tak akan melihat bayanganmu sendiri”. Benar kan? Coba kamu terus-terusan menghadap ke matahari, kamu nggak bakal melihat bayangan kamu sendiri. Apalagi bila bicara soal Islam. Wah, jangan sampe deh ada remaja yang minder gara-gara dirinya seorang muslim. Sehingga ia ingin tampil seperti orang lain (yang bukan Muslim), karena menganggap bahwa seorang muslim itu identik dengan kumuh, keterbelakangan, anti perkembangan zaman, terlalu kaku dan mengekang. Padahal, ini cuma soal persepsi saja, Brur. Dan persepsi bisa saja salah, bila informasi yang sampai kepadamu juga salah. Supaya terhindar dari kesalahan, maka standar dalam menentukan benar dan salah adalah aturan Islam. Setuju? Harus setuju, coy!
Harus Menjadi Diri Sendiri
Kamu pernah nonton film Face Off yang dibintangi John Travolta dan Nicolas Cage? Wah, punya wajah yang ketukar rasanya risih juga ya? Detektif Sean Archer yang diperankan John Travolta melalui operasi plastik saat kecelakaan ditukar dengan wajah milik Castro Troy (Nicolas Cage)—bajingan yang membunuh anaknya. Problem baru muncul, Sean dengan wajah Castro dipenjara, sementara Castro dengan wajah Sean berkeliaran dan berusaha membunuhnya. Wuih, bayangkan, punya wajah orang lain, padahal jasadnya adalah jasad kita. Pikiran dan perasaannya juga punya kita. Berabe juga kan?
Kira-kira kalo boleh ngambil ‘hikmah’ dari film tersebut, kita bisa tahu, meski berlindung di balik wajah orang lain, tapi kita adalah diri kita. Makanya tepat, unsur pembentuk kepribadian adalah akal dan jiwa kita bukan wajah or assesoris lainnya. Kamu akan tetap menjadi dirimu, meski kamu berusaha menutupi kelemahan kamu dengan kedok wajah atau perilaku orang lain. Dengan maksud kamu tak dikenali identitas aslinya, karena mendompleng ketenaran orang lain. Lalu kamu puas dan bisa ikutan tenar. Padahal sejatinya, kamu tetap kamu, bukan siapa-siapa.
Hal lain yang sering membuat teman-teman remaja termakan budaya yang nggak benar adalah karena merasa bahwa hal itu ibarat pilihan antara hidup atau mati. Merasa bahwa bila nggak tampil gaya, identitasnya bakal bermasalah di mata teman-teman kamu. Ujung-ujungnya kamu takut nggak diterima dalam kelompok kamu.
Kamu bisa saksikan ada anak-anak muda yang merasa perlu menetapkan ciri-ciri kelompok mereka. Misalnya saja dari sisi jenis musik yang digandrungi. Mereka akan membentuk gank yang ciri-cirinya mirip gaya pemusik atau kelompok musik pujaannya. Misalnya saja, setiap anak yang mau gabung dengan gank yang maniak musik metal atau heavy metal, harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: tampang harus Romusa alias Roman Muka Sadis atau Primus (Pria Muka Setan), badan dipenuhi tatto yang serem-serem—misalnya gambar tengkorak (tapi bukan tengkorak ikan, lho), terus rambutnya gondrong lurus (soalnya kalo kriting or galing itu cocok untuk jenis musik dangdut!), selain itu mungkin juga ‘diwajibkan’ mengamalkan ‘jampi-jampi’ seperti ini: “Aku berlindung kepada metal, dari godaan dangdut yang terkutuk!” (he..he..he..). Pokoknya dibikin serem-serem deh, karena contohnya aja kelompok Kiss, Metallica, Guns ‘N Roses, Sepultura, Obituary, Slayer dan sebagainya. Semboyannya aja “Ingarso sepulturo, Ingmadyo metallico, Tutwuri obituary”. Lalu merasa itulah identitas dirinya.
Wah, berabe juga ternyata, ya? Iya lah. Apalagi identitas yang dibangun ternyata berlandaskan gaya hidup peradaban lain—selain Islam. Kalo remaja Islam banyak yang tampil bukan dengan identitas Islam, alamat kebangkitan islam masih jauh panggang dari api. Iya, dong, gimana bisa bangkit, lha wong kaum musliminnya aja ogah bergaya hidup islami. Sedih banget Non. Suer, identitas sebagai seorang muslim lenyap dan berganti dengan identitas dari ideologi/agama lain. Rekan remaja yang seperti itu kan berarti pikiran dan jiwanya nggak dipoles dengan ajaran Islam. Jelas dong. Kalo udah islami, mana mungkin mau berbuat begitu. Iya nggak?
Identitas Islami: Wajib Lha Yauw..!
Soal gaya dan identitas remaja ini memang awalnya adalah persoalan mubah. Dalam artian bahwa bergaya itu sendiri dibolehkan. Tapi masalahnya adalah, gaya remaja sekarang sudah banyak yang mengarah kepada identitas suatu kaum atau peradaban tertentu yang memang bukan berasal dari ajaran Islam. Bagi teman-teman remaja nggak usahlah ngikutin gaya yang merupakan identitas kepribadian peradaban selain Islam. Jangan ikut-ikutan yang nggak bener deh. Malu dong, padahal Allah sudah memuji kita, bahwa kita adalah ummat yang terbaik yang diturunkan kepada manusia. Firman Allah Swt.:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ لْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَلَوْ ءَامَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma`ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Ali Imron [3]: 110)
Nah, itu identitas seorang muslim, yakni salah satunya melakukan amar ma’ruf (menyuruh kepada kebaikan, yakni Islam). Dan tentu saja nahyi munkar (mencegah kemunkaran). Tapi kalo kayak contoh di atas? Itu namanya menyuruh kepada yang munkar dan mencegah dari yang ma’ruf, karuan saja bukan ciri seorang muslim. Catet itu ya!
Terus kalo mau tahu, di akhirat nanti sebenarnya orang kafir itu menyesal tidak menjadi muslim saat di dunia, Firman Allah:
رُبَمَا يَوَدُّ الَّذِينَ كَفَرُوا لَوْ كَانُوا مُسْلِمِينَ
"Orang-orang yang kafir itu seringkali (nanti di akhirat) menginginkan, kiranya mereka dahulu (di dunia) menjadi orang-orang muslim.” (QS: al-Hijr [15] : 2)
Jadi jangan kebalik-balik ya? Nggak benar bila kita mengikuti gaya hidup kaum (agama dan peradaban) lain, soalnya nanti identitas kita juga mengikuti identitas mereka. Kalau mereka orang kafir, maka identitas kita juga seperti orang kafir. Ih, naudzubillahi min dzalik.
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ قُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى قَالَ فَمَنْ *
Rasulullah s.a.w bersabda: “Kamu telah mengikuti sunnah orang-orang sebelum kamu sejengkal demi sejengkal, sehasta demi sehasta. Sehingga jika mereka masuk ke dalam lubang biawak kamu tetap mengikuti mereka. Kami bertanya: Wahai Rasulullah, apakah yang engkau maksudkan itu adalah orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani? Baginda bersabda: Kalau bukan mereka, siapa lagi?” (HR. Bukhari Muslim).
Waduh ngeri juga ya? Lha iya, bagi seorang muslim terlarang baginya mengikuti budaya atau gaya hidup kaum lain. Bisa berbahaya. Bahkan seharusnya bangga menjadi seorang muslim yang memiliki identitas islami. So, bukan cuma merasa bangga dan merasa aman-aman saja bila udah pakai baju koko, jilbab dan kerudungnya, tapi pikiran dan jiwa (perasaan) kamu belum islami. Kalo jilbab, peci atau baju koko, atau yang lainnya, itu cuma sebatas simbol, orang kafir pun bisa memakainya. Tapi identitas islami yang hakiki adalah pikiran dan perasaannya dibalut dengan ajaran Islam. Insya Allah itu akan menyelamatkan kamu, dan tentu saja itulah identitas Islam kamu yang sebenarnya.[]