Ada pepatah bijak mengatakan, “tak kenal maka tak sayang”. Siapa yang tak tahu akan pepatah ini? Saya kira semua kita sudah sangat akrab dengan pepatah yang satu ini. Namun terkadang kita menyempitkan makna dan penggunaan pepatah ini. Sebagian kita hanya menggunakannya sebagai dalih dan alasan untuk saling mengenal antar sesama.
Sekarang coba kita tempatkan pepatah itu sebagai alasan untuk mengenali bangsa ini. Pertanyaan yang timbul adalah apakah kita sudah benar-benar ‘mengenali’ bangsa kita ini? Kalau sudah, apakah kita sudah ‘menyayangi’ bangsa ini? Ironis sekali, ketika kita meneriakkan ‘perubahan’ untuk negeri ini, namun kita belum mengenali negeri dan bangsa ini secara utuh. Yang muncul hanyalah teriakan yang sia-sia dari sekelompok orang yang menginginkan perubahan akan tetapi tidak ada solusi yang tepat dan jelas.
Nah, sekarang mari kita lihat dari permasalahan utama bangsa ini yaitu ‘utang’ luar dan dalam negeri yang tak akan pernah sanggup terlunaskan. Dalam APBN 2004, Pemerintah mengalokasikan Rp 114,8 trilyun (28% dari total anggaran) untuk belanja daerah, Rp 113,3 trilyun untuk pembayaran utang dalam dan luar negeri (27% dari total anggaran), dan subsidi hanya Rp 23,3 trilyun (5% dari total anggaran). Dari ketiga komponen anggaran belanja tersebut, anggaran belanja daerah dan subsidi masing-masing mengalami penurunan sebesar Rp 2 trilyun dan Rp 2,1 trilyun. Sedangkan alokasi untuk pembayaran utang mengalami kenaikan sebesar Rp 14,1 trilyun. (KAU, 29/11/2004).
Sehingga jelas, mengapa pemerintah selalu membebani rakyatnya dengan kenaikan BBM, mahalnya biaya pendidikan, dan akhirnya blok Cepu dan Freeport pun jatuh ke tangan asing. Pemerintah yang seharusnya menjadi pelayan rakyat sekarang terbalik rakyatnya yang harus melayani pemerintah demi memenuhi keinginan asing dan segelintir orang.
Sebenarnya banyak sekali yang harus ‘dibenahi’ bangsa ini untuk menjadi bangsa yang lebih bermartabat dan bermoral. Berbicara soal moral pun kita tidak akan terlepas dari pornografi dan pornoaksi yang akhir-akhir ini marak dibicarakan. Di saat sebagian orang menginginkan perubahan moral bangsa ini, di sisi lain pula ‘kebejatan’ moral masyarakat makin meningkat. Bayangkan saja, hampir tiap hari, tiap jam, tiap menit, bahkan detik masyarakat selalu disuguhi dengan tayangan berbau porno dan berbagai produk pornografi yang sangat mudah didapatkan di pinggir jalan. Tak ayal, anak kecil sekali pun dengan mudah mengkonsumsi barang tersebut.
Akibatnya, kejahatan akibat pornografi pun meningkat tajam. Di Lampung Utara, seorang kakek ditangkap Tim Buru Sergap Kepolisian karena telah memperkosa cucunya yang berusia 14 tahun akibat terangsang setelah menonton film porno (www.liputan6.com / dikutip dari majalah al-wa’ie, edisi Mei 2006). Serta banyak contoh kasus lainnya di Indonesia. Ternyata bila kita mencermati lebih lanjut, kenapa bisnis pornografi ini begitu pesat berkembang di Indonesia bagaikan ‘jamur di musim hujan’ ini sebenarnya tak lepas dari keuntungan materil yang diperoleh para produsen ini begitu besar. Pada tahun 2003 saja, keuntungan industri pornografi mencapai 57 miliar dolar AS yang pasarnya mencapai seluruh dunia. Keuntungan ini ternyata lebih besar dibandingkan dengan keuntungan seluruh pemilik klub-klub sepak bola, basket ball, baseball, dan basket profesional; dan juga melebihi keuntungan 3 jaringan TV ABC, CBS, dan NBC dijadikan satu (Dr. Mohammad Omar Farouq dalam nation.ittefaq.com / dikutip dari majalah al-wa’ie edisi Mei 2006).
Kejahatan Kapitalisme pun turut andil dalam ‘memporak-porandakan’ negeri ini. Sadar atau tidak, sebenarnya kita hidup dalam cengkraman Kapitalisme global, sehingga kita butuh kekuatan untuk lepas dari cengkraman tersebut. Dalam wawancaranya dengan wartawan majalah al-wa’ie, Dr. Fuad Bawazier (ketua umum KAHMI) mengatakan bahwa Indonesia saat ini berada dalam cengkeraman Kapitalisme global. Beliau menambahkan bahwa mereka (baca: Barat) bekerja dengan berbagai macam cara. IMF, Bank Dunia, WTO dan lembaga-lembaga multilateral lainnya adalah alat bagi kepentingan Kapitalisme global. Dengan ‘resep’ yang mereka berikan kepada pemerintah Indonesia maka akan sangat mudah bagi mereka mengontrol Indonesia. Mereka berusaha membuat negeri ini terus berutang kepada mereka. Beliau juga menekankan agar Indonesia harus mampu keluar dari jeratan utang selama ini (majalah al-wa’ie edisi Juni 2006).
Mengapa terjadi fakta kebobrokan umat yang demikian parah?
Pertanyaan di atas akan terlintas di benak kita saat melihat fakta kehancuran umat saat ini. Maka sebelum kita memberikan solusi yang tepat, terlebih dahulu kita harus mencari faktor penyebab kebobrokan tersebut. Dan bila kita memahami, ternyata pangkal dari sumber permasalahan adalah cara pandang yang salah tentang kehidupan sehingga yang muncul adalah cara pandang yang tidak memuaskan akal dan tidak sesuai dengan fitrah manusia. Cara pandang seperti ini menganggap bahwa kebahagiaan hanyalah didapat dengan materi. Sehingga muncullah kebebasan dari tiap individu untuk memenuhi keinginan tersebut. Mereka menganggap bahwa kehidupan ini hanya layak diatur oleh mereka sendiri tanpa adanya ‘campur tangan’ Tuhan. Maka lahirlah sejumlah ‘aturan main’ dari tangan-tangan manusia yang sejatinya adalah makhluk yang lemah dan terbatas. Jadi, sudah lah tentu sesuatu yang berasal dari yang lemah dan terbatas, maka sesuatu ini pun lemah dan terbatas pula sifatnya. Sehingga lahirlah kehidupan yang kapitalistik – sekularistik.
Ideologi kapitalisme yang lahir dari sekulerisme (pemisahan agama dan kehidupan) sudah menunjukkan kelemahan dan kehancurannya sendiri. Kesenjangan dan kemiskinan yang diakibatkan Kapitalisme pun sangat luar biasa. Tidak hanya di Indonesia, di seluruh dunia pun terjadi hal yang sama. Pendapatan 10% penduduk termiskin di dunia merosot lebih dari ¼ nya, sedangkan pendapatan 10% penduduk terkaya di dunia meningkat 8% (Robert Wade, The London School of Economics, The Economist, 2001). Ini disebabkan karena perubahan teknologi dan liberalisasi keuangan yang mengakibatkan peningkatan jumlah rumah tangga tidak proposional pada tingkatan yang teramat kaya, tanpa distribusi bagi yang miskin. Kejadian tersebut bukanlah terjadi secara spontan akibat perputaran roda kehidupan, melainkan terjadi akibat sistem ‘busuk’ yang selama ini mencengkram dunia. Kejahatan-kejahatan seperti ini adalah kejahatan yang sistemik, kejahatan yang diakibatkan oleh sebuah sistem yang memang tidak mampu mengatur hidup manusia dan mensejahterakan manusia. Karena asas kehidupan yang digunakan adalah Kapitalisme-sekular, yang sudah terbukti kelemahannya.
Adakah solusi final dan fundamental?
Beberapa kalangan ada yang mengatakan bahwa bentuk negara Indonesia saat ini beserta sistemnya sudah final dan Pancasila merupakan ‘ideologi’ yang ideal untuk bangsa yang majemuk seperti Indonesia. Hal ini tentu perlu dikritisi, sebab Pancasila tak lebih hanyalah sebuah simbol yang berisi norma-norma tentang kehidupan. Sehingga Pancasila ini tidak akan pernah melahirkan sistem politik, sosial, ekonomi, budaya, hukum, dll.
Jadi, jalan satu-satunya bukanlah kembali kepada ‘ideologi’ Pancasila untuk dijadikan sebagai asas bangsa ini. Ideologi yang ideal tentulah ideologi Islam yang memang sudah terbukti ‘ketangguhannya’ dalam mengatur kehidupan manusia. Sejarah telah mencatat bahwa selama 13 abad, Islam mampu memimpin dunia dengan Syari’atnya. Sehingga sangat aneh jika umat muslim sendiri tidak mau mengambil Islam sebagai asas kehidupan dan malah mengambil asas di luar Islam yang ‘kering’ dengan pemikiran. Jika demikian, Indonesia bukanlah negara yang sudah final, karena memang sosok negara final adalah negara yang dibangun oleh Rasulullah.
Daulah Khilafah Islam merupakan sebuah sistem ketatanegaraan yang didasarkan pada ideologi yang shahih, aturan di dalamnya berasal dari wahyu yang datang dari Tuhan manusia yaitu Allah Swt Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Hal ini berarti jaminan utama bahwa sistem inilah yang terbaik. Jadi jika dibandingkan dengan sistem buatan manusia Kapitalisme dan Sosialisme sudahlah tentu sistem yang lebih unggul adalah sistem yang berasal dari Al-Khalik.
Islam bukan hanya agama ritual sebagaimana yang dipahami oleh sebagian kaum muslimin. Akan tetapi, Islam juga merupakan agama yang solutif atas segala permasalahan. Setelah Kapitalisme menunjukkan kegagalannya memimpin dunia, maka Islam dengan Syari’at dan Khilafahnya berpeluang untuk memimpin dunia. Saat orang-orang mulai sadar akan kebusukan ideologi Kapitalisme, maka mereka akan berpaling pada ideologi Islam. Kebusukan itu kian hari makin tampak, kesenjangan antara negara-negara maju dan berkembang semakin nyata terlihat, kemiskinan, dan kejahatan lainnya. Ini diakibatkan karena kegagalan Kapitalisme.
Setelah runtuhnya Sosialisme yang sempat menjadi musuh besar Kapitalisme, sekarang Barat memandang bahwa Khilafah Islam adalah kekuatan potensial dan musuh besar mereka saat ini. Kekhawatiran Barat terlihat dalam komentar Menteri Pertahanan AS Donald Rumsfeld pada tanggal 5/12/2005 M, yang menyatakan, “Irak akan menjadi pondasi Khilafah Islam baru yang akan membentang ke seluruh Timur Tengah dan akan mengancam pemerintahan yang sah di Eropa, Afrika, dan Asia. Inilah rancangan mereka. Mereka (gerakan Islam fundamentalis) telah menyatakan hal itu. Kita akan melakukan kesalahan mengerikan jika kita gagal mendengar dan belajar.”
Akibat kekhawatiran itu, sampai saat ini Barat terus-menerus menghalangi upaya penegakan Khilafah. Sebagai kaum muslimin kita wajib memperjuangkan Islam untuk menegakkan Khilafah beserta Syari’atnya yang agung. Ini merupakan kewajiban terbesar kaum muslimin saat ini. Banyak hadist dan ijma’ sahabat yang menyatakan hal tersebut. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya tidak akan ada nabi setelahku, lalu akan ada para Khalifah hingga jumlah mereka banyak.” Mereka bertanya, “Apa yang Anda perintahkan kepada kami?” Nabi Saw. menjawab, “Tunaikanlah baiat Khalifah yang pertama saja.” (HR. Bukhari dari Abu Hurairah).
Jika Indonesia ingin bangkit, maka buang jauh-jauh asas kehidupan yang bukan berasal dari Islam. Sekaranglah saatnya para pemimpin bangsa ini harus berani mengatakan TIDAK untuk Barat (AS dan Sekutunya). Kembalilah pada asas kehidupan (Al-Qur’an dan Al-Hadist) yang sudah ditetapkan oleh Allah Swt. Dzat Yang Maha Mengetahui apa yang terbaik bagi manusia. Wallahu ‘alam bi ash-shawwab.
“Saat ‘rindu’, ‘cinta’, dan ‘hasrat’ tuk menegakkan Khilafah dan Syari’at-Nya makin berpendar dalam dada”
[Kusnadi ‘arRazi’ Yulham]
0 comments:
Post a Comment