30 April 2008

Lain Dunia

Duk... duk...!!! Ia membenturkan kepalanya berulang kali di lantai sebuah swalayan. Tubuhnya yang terlentang tampak tegang, nafasnya tersengal-sengal dengan wajah merah menahan marah. Beberapa orang berusaha membujuk, tapi sia-sia, ia terus mengamuk. Gigi mengatup, menggeretak dan dengan geram diayunkannya kaki serta tangan ke segala arah. Baginya, selain orang terdekat dan tersayang, semua adalah ancaman yang mengusik dunianya.

Bergegas seorang wanita menghampiri dan segera membujuk. Tubuh itu didekapnya, seraya membelai lembut buah hati tercinta. Namun anak laki-laki itu masih mencoba meronta, bahkan dicengkramnya tangan ibunda dengan kuat. Wanita itu meringis kesakitan, tapi pelukannya tak dilepaskan. Lalu sang ibunda membisikkan beberapa patah kata, dan perlahan amukannya mereda.

Anak itu duduk terhenyak. Matanya sejenak menatap binar cinta dari ibunda. Namun tak lama, bola mata itu pun berpindah ke sudut mata, dan menatap pojok ruangan dengan pandangan hampa. Terdengar ia bergumam tak jelas, dan digoyangkan tubuhnya ke depan serta ke belakang berulang-ulang. Asyik berbicara dan bermain dengan sahabat-sahabat di dunianya.

Tak urung tetesan bening jatuh dari telaga mata wanita yang berwajah teduh tersebut. Ajaib, bola mata anak lelaki itu tiba-tiba beralih menatap wajah ibundanya kembali. Lalu dengan susah payah tangannya menyentuh, dan jari telunjuk menyeka air mata yang membasahi pipi.

Terhempas...
Jiwaku serasa dihempaskan ke dasar jurang oleh sebuah kenyataan. Mereka ada, dan nyata di sekitar kita. Dunia mereka memang terselubung kabut tebal, memisahkan raga yang tampak jelas di depan mata, namun jiwanya terbang entah kemana. Melayang, meninggalkan dunia nyata, lalu bermain dengan ilusi dan fantasi di alam khayal.

Mereka pun terbuai dan terlelap di lain dunia. Dininabobokkan bidadari-bidadari yang baik hati membuatnya jatuh hati, lalu lupa dengan ayah bunda, saudara, teman serta raga yang teronggok di alam nyata. Bahkan diacuhkannya kegembiraan membuat burung dari lipatan kertas, bermain bola, berlarian di tanah lapang, atau pun sekedar bertepuk tangan.

Namun, bukankah tak ada satu pun ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala di alam ini yang sia-sia. Di balik kekurangan dirinya, pasti ada keistimewaan. Mereka pasti diciptakan sebagai bagian dari sebuah rencana indah untuk orang-orang terdekat dan mengenalinya. Dengan kehadiran mereka, akan terbentang luas ladang pahala yang siap untuk disemai.

Kehadiran mereka pun membuat ketakjuban akan ajaibnya do'a dan cinta seorang ibunda. Beberapa patah kata yang lahir dari bening hati seorang ibunda selalu sejuk dan teduh, menyimpan berjuta kasih sayang serta cinta. Layaknya sebuah mantera yang sakti mandraguna, mampu membangunkan buah hati dari tidur lelap di lain dunia.

Kiat di buku-buku, majalah dan artikel ilmiah seakan sia-sia untuk mengusik dunianya. Dekapan yang erat dan kencang pun tak mampu meredakan amukan mereka. Bahkan, ucapan para ahli yang disarankan sulit membuat mereka sedikitpun beranjak. Hanya sebentuk do'a yang mustajabah dari ibunda, tak ada hijab kepada yang Maha Menyembuhkan.

Indah... Sungguh teramat indah setiap rencana dan ciptaan-Mu, duhai Allah.

Kau berikan amanah istimewa hanya kepada hamba-Mu yang istimewa pula, dan dari mereka aku rengkuh seribu satu hikmah. Abu Aufa

ALLAHua'lam bi shawab.
*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb FiLLAH wa LiLLAH,
Abu Aufa

(Terhatur untuk anak-anak istimewa dan kedua orangtuanya yang juga istimewa)

 
Fastabiqul khairat © 2007 Template feito por Templates para Você