31 January 2008

Warning dari Dunia Maya

Sobat, dunia saat ini ibarat ga segede daun kelor. Beneran loh, kita ga boong. Buat kamu yang gemar lihat Liga Premier Inggris, ga perlu susah-susah pergi ke negeri Big Ben, cukup setel televisi yang nayangin program yang sama, udah… anteng deh. Buat yang saudaranya pergi ke Arab Saudi untuk ibadah haji, kalo pengen ngobrol, cukup pencet nomor hp, kesambung langsung, ga pake lama. Nah, teknologi informasi yang kembangnya cepet banget, bikin dunia saat ini ibarat tanpa batas. Ga seperti zaman baheula, yang kalo mau kirim surat kudu pake merpati. Sekarang cukup pake e-mail atau sms. Pesen kita pasti nyampe, cepet dan murah. Ga pake jagung. Watau, maksudnya apa neh…

Nah, sobat, fokus pembahasan kita kali ini ga bakal bahas teknologi informasi yang bejibun jenisnya. Cukup satu aja. Biar ga capek ngetiknya. Hehe. Apa sih yang kita pilih? Em…itu-tu, akses informasi yang sering banget kamu gunakan untuk cari info-info baru di dunia maya, atau cari bahan tugas sekolah. Yup, seratus. Internet jawabannya. Sobat, islamuda kali ini akan membahas sisi lain dari international network. Yang ga hanya memberi nilai positif bagi penggunanya, tapi nilai negatifnya ga kalah banyak So, artikel yang ada di hadapan sobat saat ini, bukannya untuk ngelarang kamu main internet. Wah-wah, bisa kuper dong. Tapi, paparan yang kita kasih nanti adalah fakta dan bisa jadi referensi buat kamu semua, supaya berhati-hati kalo udah masuk ke dunia maya.
Penasaran? Kebet aja langsung sampai habis. Nyook…

Warning 1
Internet Addict

Sobat, seringkali kamu dapat tugas tuh dari sekolah, semisal nyari referens di internet terhadap mata pelajaran tertentu. Tentunya ga ada yang salah ama hal ini. Justru penting banget. Tapi ingat lho, aktivitas yang awalnya positif bisa jadi negatif, akibat kita sendiri yang lalai. Awalnya sih nggunain internet untuk hal yang cukup penting seperti mencari informasi untuk keperluan studi, lalu berkembang bikin e-mail, download dan kemudian kenal chatting. Akhirnya, internet jadi bagian dari hidup kita. Sehari ga ngenet aja, udah gundah gulita. Main internet jadi hal yang biasa dan rutin. Malah, bisa-bisa ngalahkan yang lebih penting. Pada kasus orang-orang yang kecanduan internet, mereka cenderung melakukan kegiatan untuk hal-hal yang ga perlu, bahkan cenderung membuang-buang waktu. Ironisnya mereka atau bahkan kita sendiri, ga sadar akan hal ini. Seringkali kita sadara, pas semua sudah terlambat…

Sobat, David Greenfield, seorang psikolog di Amerika, menemukan sekitar 6% dari pengguna internet mengalami kecanduan. Orang-orang tersebut mengalami gejala yang sama dengan kecanduan obat bius, yaitu lupa waktu dalam berinternet. Nah, kebanyakan orang yang kecanduan internet ini dikarenakan mereka menemukan kepuasan di internet, yang tidak mereka dapatkan di dunia nyata. Kebanyakan mereka terperangkap pada aktivitas negatif seperti games, judi dan sex online. Gaswat.

Warning2
Porn Content

Kamu punya e-mail? Bagus deh kalo udah bikin. Bisa aja kamu susun di yahoo, gmail, plasa, hotmail, dan macem-macem host yang dapat ngasih fasilitas gratisan buat kamu untuk punya kotak surat elektronik. Keliatan beken lho kalo udah punya e-mail. Pastinya kan ga gaptek gitu. Tapi buat para pemilik kotak surat ajaib ini hati-hati lho, banyak kejadian surat nyasar. Hasil survei "Online Survival Guide Consumer Reports" secara global per September 2005, 47% responden pemilik e-mail, mengaku menerima konten serta pesan sampah (spam) bernada pornografi. Dari riset itu diperkirakan lebih dari dua juta anak secara tak sengaja melihat pesan sampah bernada porno itu. Makanya ati-ati, jangan asal klik e-mail.

Ga berhenti sampe situ, berdasarkan riset Finkelhor, Mitchell, dan Wolak dari Online Victimazation pada Juni 2000, enam dari sepuluh remaja usia belasan menerima e-mail atau pesan instan (IM) dari orang yang tak dikenal, di mana 63% diantaranya mengaku merespon balik pesan yang diterimanya. Dan mayoritas, isi dari e-mail tadi berbau pornografi dan sengaja mengajak pemilik email mengunjungi situs remang-remang milik mereka. Gaswat.

Warning 3
Porn Site

Akses ke situs-situs nyleneh yang tak terbatas, memungkinkan siapapun bisa mengaksesnya. Bahkan bisa mengambil isi situs tersebut, untuk disebarluaskan. So, jangan heran bila skandal anggota DPR yang menggemparkan negeri Sangkuriang ini bisa diketahui seantero dunia. Bahkan jumlah situs gelap lokal saja sudah lebih dari 2000 biji. ini belum termasuk akses link yang dibuat para penikmat pornografi dalam blog mereka pribadi. Ihh, serem.

Warning 4
Dark Chat

Kamu suka chatting alias ngobrol di internet ? Asyik memang. Sekaligus murah. Kita bisa kenalan ama siapapun di dunia ini, asal kita ngeh ama bahasa mereka. Hanya saja ga sedikit forum chatting yang jadi sebatas kontak jodoh kilat. Bahkan forum pacaran online. Yang lebih bahaya lagi, forum chatting jadi ajang penipuan rame-rame. Sampe-sampe cewek yang diajak kenalan secara sengaja dibuang ke lembah hitam alias traficking. Kejadian ini bukan hanya sekali dua kali, bahkan menurut UNIFEM, sekitar 250 ribu dari 700 ribu orang yang menjadi korban human trafficking setiap tahunnya berasal dari Asia Tenggara. Mayoritas korban tergiur lewat penawaran dalam situs internet dengan perantaraan chatting. Wuih, pusiing.

Gimana Toh Analisanya?

Sobat, masuknya internet di segala sisi kehidupan, memang bisa memberi nilai plus yang luar biasa. Tapi bila ga diimbangi ama iman yang kokoh, dan pemahaman Islam yang cukup, keberadaan internet bisa menjadi boomerang yang mampu ngelibas jati diri khususon para remaja.

Nah, segelintir fakta yang kita paparin tadi bukan hanya untuk sekedar tahu. Tapi lagi-lagi supaya kita waspada. Sudah umum di sekitar kita kejadian seperti di atas. Bahkan mungkin pernah kita alami sendiri. Meski demikian, kemajuan iptek sebenarnya adalah hal yang lumrah dan bersifat umum alias biasa aja. Ini semua tergantung ama akal, kepandaian dan kemampuan manusia untuk berinovasi. Toh, awalnya internet memang sengaja dihasilkan dari kebutuhan manusia untuk mempercepat proses komunikasi. Ini ga jauh beda ama penemuan televisi, radio, handphone, dan sebagainya. Dalam Islam ini disebut madaniyah ‘am alias benda hasil pemikiran manusia yang bersifat umum. Ga diharamin lho. Cuman, ada saja tangan-tangan jahil yang sengaja bikin rese tuh isi dari madaniyah ‘am tadi. Maka tak heran sering dijumpai, televisi yang berisi tayangan penuh kekerasan dan vandalisme, radio yang ngeluarin program obrolan seputar seks yang menghalalkan gaya hidup liberal, dan bahkan situs-situs gelap internet yang bermunculan bak katak sehabis hujan. Wuuiih, rame.

Nah, beda lagi ama madaniyah khas, ini sifatnya khusus. Yang boleh dan harus kita ambil adalah madaniyah khas milik Islam. Sedangkan yang diluar Islam, ga boleh lho dijadiin pedoman. Contoh madaniyah Islam adalah, semisal ruang kamar mandi yang tertutup dan ga boleh kelihatan dari luar. Beda ama madaniyah khas western yang ngumbar erotisme, sehingga kamar mandi dibuat transparan. Huss... jangan berpikiran aneh-aneh. Bentuk kamar mandi seperti itu ga boleh lho. Najis bin haram. Selain itu, ga boleh kita memakai asesoris yang cenderung nonjolin madaniyah khas selain Islam, seperti pakaian khas pendeta, kalung dengan motif salib, ataupun stiker bintang daud yang melambangkan berhala kaum yahudi. Ati-ati lho fren.

Ok, back to internet. Karena kita udah ngeh, kalo yang nyebabin rusaknya isi internet itu program dan tetek bengeknya. Maka salah besar tuh, kalo kita membuang dan menutup diri terhadap adanya jaringan internasional ini. Soalnya, pengetahuan tentang internet dalah hal yang umum dan bisa dipelajari, dan malah kudu kita kuasai. Nah, soal tangan-tangan gatel yang berusaha bikin mata kita sepet. Disinilah letak negara harusnya turun tangan secara langsung. Lebih pakem ngerem budaya buka-bukaan. Dan lebih tajam menindak siapapun yang melakukan cyber crime. Toh, negara punya kewajiban ngelindungi warganya dari degradasi moral dan dekadensi akhlak. So, perlu banget syariat islam kudu tegak. Ehm..intelek banget nih bahasanya. Ciamik bro.

Shut Down

Sobat, makin majunya teknologi, selain mampu menjadikan diri kita penuh ilmu, tapi juga bisa membuat manusia tambah canggih dalam melakukan dosa. Kamu tahu kan, ga ada istilah erotic webcam bila ga ada internet, dan ga ada pula istilah sex hidden cam bila ga ada camera handphone. Selain karena kemajuan teknologi, juga akibat dangkalnya iman manusia, masyarakat yang cuek, dan negara yang berpangku tangan. So, udah saatnya kita bergerak untuk menyerukan Islam. Yakin deh, kalo Islam satu-satunya solusi yang tokcer untuk semua masalah ini. Udah waktunya mengisi diri kita dengan pemahaman Islam. Membuat masyarakat kita ga cuek dengan ngadain pengajian di masjid dan opini umum tentang apa yang terjadi saat ini, dan jalan memberi keluarnya just with Islam. Yang akhirnya akan membuat para penguasa negeri ini berpikir dan punya keyakinan untuk menerapkan Islam secara total. Yup, takut bukan pada ketombe, tapi hanya pada Allah saja. Ketombe?? Ga nyambung ding.

Karena Allah SWT sudah berfiman, ”Maka janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku (saja). Dan agar Ku-sempurnakan nikmat-Ku atasmu, dan supaya kamu mendapat petunjuk.”(TQS. Al Baqarah: 150).

Jadi sobat, nunggu apa? Ga bakal ayam bisa makan pake sumpit. Jari aja ga punya, hehe. Cepet gih berjuang di jalan Allah, selagi hayat dikandung badan.(dy)

07 January 2008

Mewaspadai Agenda Di Balik Isu Pluralisme


Menjelang tutup tahun 2007 yang baru saja kita tinggalkan, setidaknya ada 2 peristiwa keagamaan yang cukup menarik untuk dicermati. Pertama: Mencuatnya kembali kasus Ahmadiyah, khususnya setelah kasus penyerangan oleh sekelompok orang terhadap para pengikut aliran Ahmadiyah di Desa Manis Lor, Jalaksana, Kabupaten Kuningan, 18 Desember 2007. Kedua: peristiwa Perayaan Natal Bersama (PNB).

Pertama: Mencuatnya kembali kasus Ahmadiyah. Peristiwa ini sempat mengundang kecaman dari Wapres Yusuf Kalla. Komnas HAM pun langsung turun tangan setelah kasusnya diangkat secara besar-besaran oleh media massa nasional. Sejumlah aktivis HAM dan kalangan Liberal kemudian menuding bahwa penyebab munculnya sejumlah aksi kekerasan atas nama agama adalah MUI. Intinya, mereka menyalahkan fatwa MUI yang telah menetapkan Ahmadiyah sebagai kelompok yang menyimpang dari ajaran Islam. Padahal pelaku penyerangan tersebut sampai saat ini masih misterius. Pimpinan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jawa Barat pun menilai mereka tidak jantan alias pengecut, sebab aksinya bersembunyi di balik topeng ala ninja.

“Itu tindakan tidak sportif dan sangat berbau provokasi. Aksi anarkis ini seperti ada yang merangkaikannya untuk membuat kekacauan. Saya berharap aparat kepolisian bersama pihak terkait lebih serius menanganinya, untuk menghindari konflik yang lebih jauh,” ujar Ketua MUI Jabar KH Hafidz Usman. (Republika.co.id, 26/12/2008).

Namun, seolah mendukung para aktivis HAM dan kalangan Liberal, Badan Koordinasi Pengawas Aliran dan Kepercayaan (Bakorpakem) diberitakan tidak akan melibatkan MUI dalam rapat penentuan nasib Ahmadiyah. Alasannya, agar rapat itu obyektif. (Republika, 31/122007). Ini sama saja dengan rapat untuk menentukan apakah seseorang suspect flu burung tanpa mengundang dokter yang ahli mengenai penyakit itu.

Kedua: peristiwa Perayaan Natal Bersama (PNB). Terkait dengan PNB ini, hampir semua kementerian/departemen Pemerintah serentak mengadakan Perayaan Natal Bersama (PNB). Menariknya, sebagian besar undangan, mulai dari menteri hingga staf, adalah Muslim. Di suatu lembaga, di jajaran pimpinan hanya dua dari 17 pejabat Eselon-1 dan Eselon-2 yang non-Muslim. Sisanya yang 15 orang adalah Muslim, bahkan bergelar haji. Namun, lembaga itu malah menjadi tuan rumah PNB untuk seluruh kementerian. Ini baru terjadi kali ini. Sebelumnya, selama 32 tahun masa Orde Baru dan 10 tahun masa Reformasi, yang seperti ini belum pernah terjadi.

Atas Nama Pluralisme

Jika dicermati, mencuatnya kembali kasus Ahmadiyah yang kemudian terkesan menyudutkan umat Islam dan MUI maupun munculnya fenomena Perayaan Natal Bersama (PNB) sama-sama dilandasi oleh paham dan semangat Pluralisme. Pluralisme—yang berarti paham mengenai keniscayaan kemajemukan agama dan kepercayaan—adalah ide turunan dari demokrasi yang memang menjamin adanya kebebasan beragama. Namun, kebebasan beragama ini juga pada faktanya mentoleransi kebebasan untuk menodai agama. Buktinya, Ahmadiyah yang telah lama difatwakan sesat oleh MUI karena dianggap menodai Islam—di antaranya karena mengklaim pendiri Ahmadiyah, Mirza Ghulam Ahmad, sebagai nabi—tetap dibela. Sebaliknya, fatwa MUI tersebut justru dikecam oleh kalangan aktivis HAM dan kaum Liberal; sebuah sikap yang tentu saja bertentangan dengan ajaran demokrasi sendiri, yang katanya menjamin kebebasan berpendapat. Kecaman kalangan Liberal dan para aktivis HAM terhadap Majelis Ulama Indonesia (MUI) bahkan melahirkan opini agar MUI dibubarkan. Bukan kali ini saja kalangan Liberal mengecam MUI. Pada tahun 2005 lalu, misalnya, mereka juga menggugat MUI sesaat setelah MUI mengeluarkan fatwa tentang sesatnya paham sekularisme, liberalisme dan pluralisme.

Buruknya Paham Pluralisme

Pluralisme (agama) sebenarnya mengandung 2 (dua) hal sekaligus: (1) Kenyataan bahwa di sana ada keanekaragaman agama; (2) Pandangan tertentu dalam menyikapi realitas keanekaragaman agama yang ada. Kesimpulan ini dapat ditelaah, misalnya, dalam penjelasan Josh McDowell mengenai definisi pluralisme. Menurut McDowell, ada dua macam pluralisme: (1) Pluralisme tradisional. Pluralisme ini didefinisikan sebagai “menghormati keimanan dan praktik ibadah pihak lain tanpa ikut serta bersama mereka”. (2) Pluralisme baru yang menyatakan bahwa “setiap keimanan, nilai, gaya hidup dan klaim kebenaran dari setiap individu adalah sama”. (http://www.ananswer.org/mac/answeringpluralism.html, diakses 11/6/2005).

Dari pengertian pluralisme di atas, jelas bahwa yang dia sampaikan bukan sekadar fakta, tetapi sudah menyangkut opini. Ini terlihat dari pandangan bahwa semua keimanan, nilai, gaya hidup dan klaim kebenaran, adalah sama/setara.

Benar, bahwa ada keanekaragaman keyakinan, kepercayaan atau agama. Ini adalah kenyataan dan merupakan sunatullah. Inilah yang disebut dengan pluralitas. Namun, jika kemudian dikembangkan paham/opini bahwa semua agama benar, tidak boleh ada monopoli klaim kebenaran, tidak mengapa merayakan Perayaan Natal Bersama atas nama toleransi, dll; semua itu jelas sebuah penyesatan. Inilah paham pluralisme yang memang sengaja didesakkan ke dalam tubuh umat Islam untuk melemahkan akidah mereka.

Karena itu, paham pluralisme agama, di samping patut dikritisi, juga harus diwaspadai. Alasannya karena: Pertama, secara normatif pluralisme agama bertentangan secara total dengan akidah islamiyah. Sebab, pluralisme agama menyatakan bahwa semua agama adalah benar: Islam benar, Kristen benar, Yahudi benar, Ahmadiyah benar dan semua agama/keyakinan apa pun sama-sama benar. Sebaliknya, menurut Islam, hanya Islam yang benar (QS Ali-Imran [3]: 19); agama selain Islam adalah tidak benar dan tidak diterima oleh Allah SWT (QS Ali-Imran [3]: 85).

Kedua, secara historis paham pluralisme bukanlah dari umat Islam, namun dari orang-orang Barat sekular, yang mengalami trauma konflik dan perang antara Katolik dan Protestan, juga Ortodok. Misalnya pada 1527 di Paris terjadi peristiwa yang disebut The St Bartholomeus Day’s Massacre. Pada suatu malam di tahun itu, sebanyak 10.000 jiwa orang Protestan dibantai oleh orang Katolik. Peristiwa mengerikan semacam inlah yang lalu mengilhami revisi teologi Katolik dalam Konsili Vatikan II (1962-1965). Semula diyakini: extra ecclesiam nulla salus (outside the church no salvation); tak ada keselamatan di luar Gereja. Lalu keyakinan itu diubah, bahwa kebenaran dan keselamatan itu bisa saja ada di luar Gereja (di luar agama Katolik/Protestan). Jadi, paham pluralisme agama ini tidak memiliki akar dalam sejarah dan tradisi Islam, tetapi diimpor dari kaum Kristen di Eropa dan AS.

Ketiga, andaikata hasil Konsili Vatikan II diamalkan secara konsisten, tentunya Gereja harus menganggap agama Islam benar. Faktanya, Gereja tidak konsisten. Gereja terus saja melakukan kristenisasi yang menurut mereka guna menyelamatkan domba-domba yang sesat (baca: umat Islam) yang belum pernah mendengar kabar gembira dari Tuhan Yesus. Kalau Islam benar, mengapa kritenisasi di Dunia Islam terus saja berlangsung? Lagipula, pada 28 Januari 2000, Paus Yohanes Paulus II pernah membuat pernyataan, “The Revelation of Jesus Christ is definitive and complete.” (Ajaran Jesus Kristus sudah tetap dan komplit). Paus juga menyatakan, bahwa agama-agama selain Katolik memiliki kekurangan. Hanya Gereja Katolik yang merupakan jalan keselamatan yang sempurna menuju Tuhan. Pada tahun 2000 itu pula Paus Yohannes Paulus II mengeluarkan dekrit ‘Dominus Jesus’ yang secara tegas menolak paham pluralisme agama. (Adian Husaini, Hidayatullah.com, 7/5/2007).

Keempat, secara politis pluralisme agama dilancarkan di tengah dominasi Kapitalisme yang Kristen atas Dunia Islam. Karena itu, arah pluralisme patut dicurigai. Andai tujuan pluralisme adalah demi menjunjung tinggi HAM, mencegah konflik dan kekerasan, menguatkan perdamaian dunia dll maka perlu disadari:

1. Menurut Amnesti Internasional, AS adalah pelanggar HAM terbesar di dunia. Sejak Maret 2003 ketika AS menginvasi Irak, sudah 100.000 jiwa umat Islam yang dibunuh oleh AS. Jadi, mengapa umat Islam dan bukan AS yang menjadi sasaran penyebaran paham pluralisme?
2. Konflik dan kekerasan juga sering terjadi karena faktor politik, bukan karena motif agama. Lagi-lagi, AS-lah yang banyak menyulut konflik di berbagai negara. Di Irak, misalnya, AS sengaja menyulut konflik Sunni-Syiah dalam rangka melemahkan posisi umat Islam di sana. Tujuannya jelas: untuk memecah-belah Irak agar mudah dikuasai. Demikian juga di Pakistan. Konflik di Pakistan yang menewaskan puluhan orang baru-baru ini bukanlah konflik agama atau antara penganut Islam ’garis keras’ dan Islam ’moderat’, namun lebih mencerminkan konflik kepentingan antara AS dan Inggris di wilayah itu. Konflik itu tercermin dari perseteruan Musharraf (yang merupakan kaki tangan AS) dan Benazir Bhuto (yang menjadi kaki tangan Inggris).


Khatimah

Tujuan akhir dari konsep pluralisme agama sangat mudah dibaca, yaitu untuk menghancurkan akidah umat Islam. Pasalnya, Barat sangat memahami bahwa akidah Islam adalah kunci vitalitas sekaligus ruh kebangkitan umat Islam. Kalau akidah umat Islam tidak segera dihancurkan, mereka akan bisa berpotensi menjadi ancaman serius untuk menantang hegemoni Barat pada masa datang. Itulah mengapa, Baratlah, terutama AS, begitu royal membiayai LSM-LSM untuk berbagai proyek pluralisme di Dunia Islam, termasuk di Indonesia.

Namun demikian, kita tentu meyakini firman Allah SWT berikut:

وَمَكَرُوا وَمَكَرَ اللهُ وَاللهُ خَيْرُ الْمَاكِرِينَ

Orang-orang kafir itu membuat makar. Allah pun membalas makar mereka itu. Allah adalah sebaik-baiknya Pembuat makar. (QS Ali Imran [3]: 54). []

Wallâhu a‘lam bi ash-shawâb. []

KOMENTAR AL-ISLAM:
"Ratusan Jamaah Haji Ilegal Asal Indonesia Dideportasi (Detik.com, 1/1/2008)."

Dalam sistem Khilafah, semua Muslim yang berhaji adalah legal karena tidak diharuskan memiliki visa/paspor.

Disarikan dari Buletin AL-ISLAM Edisi 386

 
Fastabiqul khairat © 2007 Template feito por Templates para Você