19 October 2008

BERCERMIN DIRI
Tatkala kudatangi sebuah cermin
Tampak sesosok yang sangat lama kukenal dan sangat sering kulihat
Namun aneh, sesungguhnya aku belum mengenal siapa yang kulihat

Tatkala kutatap wajah, hatiku bertanya, Apakah wajah ini yang kelak akan bercahaya dan bersinar indah di surga sana?
Ataukah wajah ini yang akan hangus legam di neraka jahanam?

Tatkala kutatap mata , nanar hatiku bertanya,
Mata inikah yang akan menatap penuh kelezatan dan kerinduan ...
Menatap Allah, menatap Rasulullah, menatap kekasih-kekasih Allah kelak?
Ataukah mata ini yang terbeliak, melotot, menganga , terburai menatap neraka jahanam ...
Akankah mata penuh maksiat ini akan menyelamatkan?
Wahai mata, apa gerangan yang kau tatap selama ini?
Tatkala kutatap mulut, apakah mulut ini yang kelak akan mendesah penuh kerinduan ... mengucap laa ilaaha ilallah saat malaikat maut datang menjemput?
Ataukah menjadi mulut menganga dengan lidah menjulur, dengan lengking jeritan pilu yang akan mencopot sendi-sendi setiap pendengar.
Ataukah mulut ini menjadi pemakan buah zaqun jahanam ... yang getir penghangus, penghancur setiap usus.
Apakah gerangan yang engkau ucapkan wahai mulut yang malang?
Berapa banyak dusta yang engkau ucapkan?
Berapa banyak hati-hati yang remuk dengan pisau kata-katamu yang mengiris tajam?
Berapa banyak kata-kata manis semanis madu yang palsu yang engkau ucapkan untuk menipu?
Betapa jarang engkau jujur.
Betapa langkanya engkau syahdu memohon agar Tuhan mengampunimu.

Tatkala kutatap tubuhku.
Apakah tubuh ini kelak yang akan penuh cahaya ...
Bersinar, bersukacita, bercengkrama di surga?
Atau tubuh yang akan tercabik-cabik hancur, mendidih di dalam lahar membara jahanam, terpasung tanpa ampun, derita yang tak pernah berakhir.
Wahai tubuh, berapa banyak maksiat yang engkau lakukan?
Berapa banyak orang-orang yang engkau zalimi dengan tubuhmu?
Berapa banyak hamba-hamba Allah yang lemah yang engkau tindas dengan kekuatanmu?
Berapa banyak perindu pertolongan yang engkau acuhkan tanpa peduli padahal engkau mampu?
Berapa banyak hak-hak yang engkau rampas?

Ketika kutatap hai tubuh 
Seperti apa gerangan isi hatimu
Apakah isi hatimu sebagus kata-katamu?
Atau sekotor daki-daki yang melekat di tubuhmu?
Apakah hatimu segagah ototmu?
Atau selemah daun-daun yang mudah rontok?
Apakah hatimu seindah penampilanmu?
Atau sebusuk kotoran-kotoranmu?
Betapa beda ... betapa beda ... apa yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi ...
Betapa beda apa yang tampak di cermin dengan apa yang tersembunyi.
Aku telah tertipu, aku tertipu oleh topeng
Betapa yang kulihat selama ini hanyalah topeng, hanyalah topeng belaka 
Betapa pujian yang terhambur hanyalah memuji topeng 
Betapa yang indah ternyata hanyalah topeng ...
Sedangkan aku ... hanyalah seonggok sampah busuk yang terbungkus 
Aku tertipu, aku malu ya Allah
Allah ... selamatkan aku ... 
Amin ya Rabbal `alamin.

Abdullah Gymnastiar





04 September 2008

Makna Puasa Ramadhan
1. Definisi Puasa (Shiyam) 

Dalam Islam, nama sesuatu istilah (seperti shalat, zakat, puasa, dan lain-lain) dapat ditinjau dari 2 definisi, yaitu dari segi bahasa (etimologi) & dari segi syar'ii (terminologi).

* Dalam bahasa Arab, shaum/shiyam (puasa) berasal dari kata : sooma –yasuumu- sauman. Secara etimologi (bahasa) artinya menahan diri & mencegah dari sesuatu. Jika dikatakan puasa dari bicara, artinya menahan diri untuk tidak berbicara. Sebagaimana Allah jelaskan dalam surat Maryam : 26, "Sesungguhnya aku bernadzar kepada Allah untuk berpuasa (menahan diri), maka aku tidak akan berbicara kepada manusia."

* Sedang dari segi terminologi (istilah syar'ii) artinya menahan diri dari semua jenis makanan ataupun minuman serta hawa nafsu di waktu siang, dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari, dengan niat ibadah kepada Allah semata.  

Dan sebagian ahli fiqh (fuqaha') mendefinisikan, puasa adalah menahan diri dari dua syahwat (nafsu), yaitu syahwat perut & syahwat kemaluan, dan dari segala sesuatu yang masuk ke dalam rongga (perut) dari semua jenis makanan & minuman serta obat-obatan, baik yang bermanfaat ataupun yang berbahaya, dengan niat mendekatkan diri kepada Allah dan mengharapkan ridhaNya.

***
  
2. Definisi Ramadhan 

Ramadhan berasal dari kata : ramadha – yarmidhu (yarmudhu) – ramadhan, artinya : sangat panas sekali (panas yang membara atau panas terik).
 
Berkata Imam Bakhawi dalam kitabnya : Adapun yang shahih, sesungguhnya ramadhan itu nama bulan, diambil dari kata ar ramdha' yang artinya batu yang panas membara karena sinar matahari, dan mereka (kaum muslimin) pada waktu itu berpuasa dalam keadaan musim panas terik. Dan biasanya orang–orang Arab jika ingin memberi nama bulan (sesuatu) selalu sesuai dengan keadaannya pada waktu itu. Dan dinamakan ramadhan karena bisa membakar dan menghapuskan dosa.
 
Maraji' :
1. Fikhus Syar'ii Muyassarun fi Daui al Kitab was Sunnah, Kitab Ahkam as-Siyam, Karangan : Syeikh Muhammad Ali As-Shabuni (Terbitan al-Maktabah al-'Isriyyah – Beirut, 2004).
2. Kamus al-Munawir, Karangan : Achmad Warson Munawwir (Edisi Kedua, Terbitan Pustaka Progressif - Surabaya, 2002).
 
Sulaiman Effendy - Saudi Arabia  



01 September 2008


Marhaban Yaa Ramadhan
Keluarga Besar
Ikatan Remaja Masjid Fastabiqul Khairat 
Maccini Gusung Makassar
Mengucapkan Selamat Menunaikan Ibadah Shaum Ramadhan 


30 April 2008

Lain Dunia

Duk... duk...!!! Ia membenturkan kepalanya berulang kali di lantai sebuah swalayan. Tubuhnya yang terlentang tampak tegang, nafasnya tersengal-sengal dengan wajah merah menahan marah. Beberapa orang berusaha membujuk, tapi sia-sia, ia terus mengamuk. Gigi mengatup, menggeretak dan dengan geram diayunkannya kaki serta tangan ke segala arah. Baginya, selain orang terdekat dan tersayang, semua adalah ancaman yang mengusik dunianya.

Bergegas seorang wanita menghampiri dan segera membujuk. Tubuh itu didekapnya, seraya membelai lembut buah hati tercinta. Namun anak laki-laki itu masih mencoba meronta, bahkan dicengkramnya tangan ibunda dengan kuat. Wanita itu meringis kesakitan, tapi pelukannya tak dilepaskan. Lalu sang ibunda membisikkan beberapa patah kata, dan perlahan amukannya mereda.

Anak itu duduk terhenyak. Matanya sejenak menatap binar cinta dari ibunda. Namun tak lama, bola mata itu pun berpindah ke sudut mata, dan menatap pojok ruangan dengan pandangan hampa. Terdengar ia bergumam tak jelas, dan digoyangkan tubuhnya ke depan serta ke belakang berulang-ulang. Asyik berbicara dan bermain dengan sahabat-sahabat di dunianya.

Tak urung tetesan bening jatuh dari telaga mata wanita yang berwajah teduh tersebut. Ajaib, bola mata anak lelaki itu tiba-tiba beralih menatap wajah ibundanya kembali. Lalu dengan susah payah tangannya menyentuh, dan jari telunjuk menyeka air mata yang membasahi pipi.

Terhempas...
Jiwaku serasa dihempaskan ke dasar jurang oleh sebuah kenyataan. Mereka ada, dan nyata di sekitar kita. Dunia mereka memang terselubung kabut tebal, memisahkan raga yang tampak jelas di depan mata, namun jiwanya terbang entah kemana. Melayang, meninggalkan dunia nyata, lalu bermain dengan ilusi dan fantasi di alam khayal.

Mereka pun terbuai dan terlelap di lain dunia. Dininabobokkan bidadari-bidadari yang baik hati membuatnya jatuh hati, lalu lupa dengan ayah bunda, saudara, teman serta raga yang teronggok di alam nyata. Bahkan diacuhkannya kegembiraan membuat burung dari lipatan kertas, bermain bola, berlarian di tanah lapang, atau pun sekedar bertepuk tangan.

Namun, bukankah tak ada satu pun ciptaan Allah Subhanahu wa Ta'ala di alam ini yang sia-sia. Di balik kekurangan dirinya, pasti ada keistimewaan. Mereka pasti diciptakan sebagai bagian dari sebuah rencana indah untuk orang-orang terdekat dan mengenalinya. Dengan kehadiran mereka, akan terbentang luas ladang pahala yang siap untuk disemai.

Kehadiran mereka pun membuat ketakjuban akan ajaibnya do'a dan cinta seorang ibunda. Beberapa patah kata yang lahir dari bening hati seorang ibunda selalu sejuk dan teduh, menyimpan berjuta kasih sayang serta cinta. Layaknya sebuah mantera yang sakti mandraguna, mampu membangunkan buah hati dari tidur lelap di lain dunia.

Kiat di buku-buku, majalah dan artikel ilmiah seakan sia-sia untuk mengusik dunianya. Dekapan yang erat dan kencang pun tak mampu meredakan amukan mereka. Bahkan, ucapan para ahli yang disarankan sulit membuat mereka sedikitpun beranjak. Hanya sebentuk do'a yang mustajabah dari ibunda, tak ada hijab kepada yang Maha Menyembuhkan.

Indah... Sungguh teramat indah setiap rencana dan ciptaan-Mu, duhai Allah.

Kau berikan amanah istimewa hanya kepada hamba-Mu yang istimewa pula, dan dari mereka aku rengkuh seribu satu hikmah. Abu Aufa

ALLAHua'lam bi shawab.
*MERENGKUH CINTA DALAM BUAIAN PENA*
Al-Hubb FiLLAH wa LiLLAH,
Abu Aufa

(Terhatur untuk anak-anak istimewa dan kedua orangtuanya yang juga istimewa)

26 February 2008

Pencegahan Korupsi Ala Khalifah Umar ra.


Ketika Abu Hurairah r.a. diangkat menjadi wali (gubernur), beliau r.a. menabung banyak harta dari sumber-sumber yang halal. Mendapatkan informasi tentang hal itu, Amirul Mukminin, Khalifah Umar bin Al Khaththab r.a. memanggil sang Gubernur ke ibukota negara Khilafah, Madinah.

Sesampai di kota Madinah Al Munawwaroh, Khalifah Umar r.a. berkata kepada Sang Gubernur: ”Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya! Bukankah engkau telah mencuriharta Allah? ”


Gubernur Abu Hurairah r.a. menjawab: ”Wahai Amirul Mukminin, aku bukan musuh Allah dan bukan pula musuh kitab-Nya. Tapi aku justru musuh siapa saja yang memusuhi keduanya. Dan aku bukanlah orang yang mencuri harta Allah”. Khalifah Umar r.a. bertanya kepadanya: ”Lalu dari mana engkau kumpulkan harta sebesar 10.000 dinar itu?”
Abu Hurairah r.a. menjawab: ”Dari untaku yang berkembang pesat dan dari sejumlah pemberian yang berturut-turut datangnya”.Khalifah Umar r.a. berkata: ”Serahkan hartamu itu ke Baitul Mal kaum muslimin”. Abu Hurairah r.a. segera memberikannya kepada Khalifah Umar r.a. lalu mengangkat kedua tangannya ke langit sambil berkata lirih: ”Ya Allah, ampunilah amirul mukminin”.

Dari fragmen kisah nyata dua orang sahabat Rasulullah SAW. yang menjadi pejabat negara Khilafah Islamiyah itu dapat kita ambil beberapa pelajaran. Pertama, harta negara dalam sistem Khilafah pada hakikatnya adalah harta Allah SWT yang dimanatkan kepada para pejabat untuk menjaganya dan tidak boleh mengambilnya secara tidak haq. Tindakan mengambil harta negara secara tidak haq adalah tindakan curang yang oleh Khalifah Umar r.a. diibaratkan dengan mencuri harta Allah untuk lebih menegaskan keharamannya. Rasulullah SAW menyebut pengam-bilan harta negara oleh pejabat setelah mereka diberi fasilitas rumah, kendaraan, istri, pembantu, dan dicukupi kebutuhannya, sebagai tindakan curang (ghulul). Beliau menyatakan bahwa satu jarum saja dari harta negara yang diambil seseorang tanpa haq akan dibawanya sebagai bukti pada pengadilan di hari kiamat kelak. Na'udzubillah! Kedua, pejabat yang mengambil harta negara secara tidak haq, maka oleh Khalifah Umar r.a. dicap sebagai musuh Allah dan kitab-Nya. Sebab berarti mereka tidak menghiraukan lagi larangan Allah SWT. Dan Allah SWT tidak mengijinkan hal itu sebagaimana firman-Nya : ”Siapa saja yang berbuat curang, maka pada hari kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu”.(TQS. Ali Imran 161). Ketiga, Khalifah sebagai kepala negara harus menjaga pejabatnya bawahannya jangan sampai ada yang melakukan tindakan curang alias korupsi. Untuk menjaga hal ini, Khalifah Umar r.a. membuat prosedur siapa saja pejabat Gubernur maupun Walikota yang diangkatnya, akan dihitung terlebih dahulu jumlah kekayaan pribadinya sebelum diangkat. Lalu dihitung lagi saat dia diberhentikan. Jika terdapat indikasi jumlah tambahan harta yang tidak wajar, maka beliau menyita kelebihan yang tidak wajar itu atau membagi dua, separuhnya diserahkan kepada baitul mal.
Sistem pencegahan korupsi tersebut sangat efektif karena sangat sederhana. Dalam wacana hukum sekarang disebut dengan sistem pembuktian terbalik. Dengan logika bahwa pejabat dalam sistem Khilafah adalah mengorbankan waktunya 24 jam sehari untuk melaksanakan amanat, maka tidak layak dia mendapatkan kelebihan harta dari yang seharusnya dia miliki, walaupun dia peroleh secara halal. Sehingga apabila ada kelebihan, dialah yang harus menjelaskan, darimana dia peroleh. Jika dia peroleh dari kecurangan, maka harta itu wajib dikembalikan kepada negara. Dan bila diperoleh secara halal, maka kelebihan harta itu disita secara keseluruhan atau separuhnya.

Pelaksanaan sistem pencegahan korupsi ini bisa berlaku secara efektif di masa khalifah Umar mengingat Sang Khalifah sebaga penguasa tertinggi sendiri adalah orang yang memiliki integritas. Beliau adalah orang yang sangat taat kepada Allah dan Kitab-Nya. Beliau adalah pengikut jejak pemerintahan baginda Rasulullah SAW sebagai penguasa yang sedang mendapatkan kemenangan dan perluasan wilayah yang luar biasa besarnya yang berhasil meruntuhkan adidaya Persia dan memukul mundur adidaya Rumawi dari berbagai wilayah di Syam, penakluk Mesir dan Afrika Utara-- beliau bukanlah orang yang tamak kepada harta rampasan perang dan harta kharaj yang datang melimpah ruah ke ibukota. Beliau tetap hidup sangat sederhana dengan mengenakan jubah kasar penuh tambalan. Andaikan para penguasa muslim hari ini meneladani 10 persen saja dari sikap sederhana Khalifah Umar r.a., niscaya negeri-negeri Islam yang kaya raya itu dapat mengcover seluruh kebutuhan kesejahteraan rakyatnya. Khalifah Umar r.a. yang terkenal sebagai Al Faruq karena sangat terkenal ketegasan dan keadilannya memberlakukan sistem pencegahan korupsi tanpa pandang bulu. Apa yang dilakukan terhadap Gubernur Abu Hurairah r.a. pernah pula dilakukan kepada Abu Sufyan bin Harb. Abu Sufyan adalah ayah dari Gubernur Muawiyah yang ditugaskan oleh Khalifah Umar untuk menjabat sebagai penguasa wilayah Syam (sekarang Syria, Palestina, Israel, Yordania, dan Lebanon).

Ceritanya, bapak Sang Gubernur ini menyampaikan salam putranya kepada khalifah sepulang dari Syam. Khalifah bertanya kepada Abu Sufyan: ”Berilah kami oleh-oleh!”.
Abu Sufyan menjawab: ”Kalau kami memperoleh sesuatu tentu engkau akan kuberi oleh-oleh”.Khalifah meminta cincin yang dipakai Abu Sufyan lalu menyuruh seseorang membawa cincin itu datang kepada Hindun, istri Abu Sufyan. Utusan itu dipesan supaya berkata kepada Hindun atas nama Abu Sufyan: ”Perlihatkan kepadaku dua wadah yang baru engkau terima dan berikanlah”. Maka utusan itu datang dengan membawa dua wadah yang di dalamnya ternyata terdapat uang sebanyak 10 ribu dirham. Lalu uang tersebut diambil oleh Khalifah Umar r.a. dan dimasukkan ke Baitul Mal. Para pejabat di masa Khilafah Islamiyah memang dipilih dari kalangan orang-orang yang terbaik dan terpercaya. Namun sistem pencegahan korupsi diberlakukan secara efektif untuk menjaga agar kepercayaan itu tetap terjaga. Wallahua'lam! Muhammad Al Khaththath


23 February 2008

Pemimpin yang Kuat Lagi Taat Kepada Hukum Syara'


Wafatnya baginda Rasulullah saw. Menggoncangkan jiwa kaum muslimin. Bahkan Umar bin Al Khaththab dengan menghunus pedang bersumpah akan memenggal leher orang yang mengatakan Muhammad telah mati!

Waktu itu Abu Bakar ra., sahabat Rasulullah saw. nomor satu, sedang berada di rumah salah seorang istrinya di daerah Sanuh, ujung kota Madinah. Demi mendengar kabar wafatnya baginda Rasulullah saw. segera Abu Bakar ra. mendatangi rumah beliau saw. Setelah melihat jasad beliau saw., Abu Bakar segera angkat bicara: “Siapa yang menyembah Muhammad sungguh dia telah mati, dan siapa yang menyembah Allah, sungguh Dia hidup dan tidak mati”. Lalu Abu Bakar membacakan firman Allah swt.: “Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh Telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. apakah jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, Maka ia tidak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”(TQS. Ali Imran 144).


Pernyataan Abu Bakar ra. tersebut berhasil menenangkan kaum muslimin di kota Madinah. Lalu mereka berkonsentrasi memilih pengganti beliau saw. Setelah perdebatan sengit selama dua hari maka terpilihlah Abu Bakar ra. sebagai khalifah, pengganti Rasulullah saw. dalam pemerintahan kaum muslimin. Saat itulah dimulai era sistem khilafah ala minhajin Nubuwwah.
Setelah dibaiat oleh kaum muslimin, Abu Bakar ra., sebagai kepala negara baru, menyampaikan pidato singkatnya yang monumental: “Hai saudara-saudara! Kalian telah membaiat aku sebagai Khalifah (kepala negara). Sesungguhnya aku bukanlah yang terbaik di antara kalian. Oleh karena itu, apabila aku berbuat baik, maka bantulah aku dalam kebaikan itu. Tetapi bila aku berbuat salah, maka luruskanlah aku. Kejujuran adalah amanah, sedangkan dusta adalah khianat. Orang yang lemah di antara kalian sesungguhnya kuat di sisiku hingga aku dapat mengembalikan haknya kepadanya, insya allah. Sebaliknya siapa saja yang kuat di antara kalian sesunggunya dia lemah di sisiku sehingga aku akan mengambil darinya hak orang lain yang diambilnya. Tidaklah suatu kaum meninggalkan jihad fi sabilillah kecuali Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Dan tidaklah suatu kekejian tersebar luas di tengah suatu kaum melainkan Allah akan menimpakan azab-Nya kepada seluruh kaum tersebut. Taatlah kalian kepadaku selama aku taat kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kalian mentaatiku apabila aku berbuat maksiat kepada Allah dan Rasul-Nya”.
Pemerintahan Khalifah Abu Bakar benar-benar diuji ketangguhannya. Pasalnya, setelah wafatnya baginda Rasulullah saw. muncul orang-orang yang neko-neko. Jelas, orang-orang yang tadinya memang sudah neko-neko seperti kelompok Nabi Palsu yang bikin ulah di masa Nabi seperti Musailamah, semakin menjadi-jadi. Orang-orang munafik bermunculan, Yahudi dan Nasrani mulai menampakkan taringnya, dan yang murtad pun berani terang-terangan.
Lalu muncul orang-orang yang menolak membayar zakat. Mereka mengklaim bahwa zakat itu hanya dibayarkan kepada Rasulullah saw. Mereka berdalih bahwa zakat hanya dibayarkan kepada orang yang doanya menenangkan mereka. Mereka mengutip firman Allah Surat Al Anfal 103. Sungguh itu hanya dalih mereka saja. Menolak membayar zakat berarti menolak syariat. Dan ini tidak bisa dibiarkan!
Khalifah bersikap tegas kepada mereka. Khalifah Abu Bakar berkata: “Demi Allah andai saja mereka enggan menyerahkan anak unta yang sebelumnya mereka serahkan kepada Rasulullah, pastilah akan kuperangi mereka semua karenanya. Sesungguhnya zakat itu adalah hak harta. Dan demi Allah aku pasti memerangi orang yang membedakan antara shalat dan zakat!”
Orang-orang yang menolak membayar zakat itu tampaknya bergabung dengan kaum yang murtad. Boleh dikatakan di seluruh jazirah Arab terdapat kaum murtad. Mereka memberontak. Namun dengan ketegasan Khalifah mengirim sebelas panglima yang memimpin 11 divisi pasukan ke seluruh wilayah jazirah Arab, pemberontakan itu dapat dipadamkan. Termasuk perlawanan dari penduduk Yamamah yang memiliki 40 ribu pasukan dapat dilumpuhkan oleh pasukan Khalid bin Walid. Dalam pertempuran di Yamamah itulah sang nabi palsu, Musailamah al Kadzdzab dapat dibunuh!
Bahkan dalam situasi selagi menghadapi pemberontakan besar di dalam negeri, Khalifah Abu Bakar tetap mengirim pasukan Usamah. Pasukan yang sudah direncanakan pemberangkatannya di masa Rasulullah saw. Khalifah tidak menundanya sekalipun banyak usulan untuk itu. Strategi Khalifah justru berhasil. Musuh menganggap tentara kaum muslimin sangat banyak dan kuat sekali karena berani melakukan serangan ofensif keluar negeri sementara di dalam negeri banyak pemberontakan. Dan setiap kali pasukan Usamah melewati perkampungan suku-suku Arab mereka berkesimpulan bahwa pasukan di Madinah sangat kuat sehingga hal ini menurunkan niat mereka untuk melakukan pemberontakan.
Setelah perang terhadap orang-orang murtad selesai, Khalifah mengirim Khalid bin Walid dengan membawa 18 ribu pasukan ke Irak untuk melakukan pembebasan di sana. Sesampai di kota Hirah, para pemimpin kota itu keluar menyambutnya. Di antaranya Abd al Masih bin Amir. Khalid berkata kepada mereka: ”Sesungguhnya aku menyeru kalian kepada Allah; agar menyembah-Nya dan memeluk Islam. Jika kalian menerima, maka kalian mendapatkan hak sebagaimana hak kami, dan kalian juga mempunyai kewajiban seperti kewajiban kami. Jika kalian tidak bersedia, maka kalian harus membayar jizyah, dan jika kalian tidak bersedia, maka kami akan membawa kepada kalian suatu kaum yang mencintai kematian seperti halnya kalian menyukai minum khamr!” Mereka menjawab: ”Kami tidak berkepentingan untuk memerangimu.” Maka Khalid mengikat perjanjian damai dengan mereka, dengan ketentuan mereka membayar jizyah sebesar 190 ribu dirham. Itu merupakan jizyah pertama yang dibawa dari Irak ke Madinah (lihat At Thabari, Tarikh, juz III, hal 345).
Dengan ketegasan Khalifah Abu Bakar yang kuat berpegang teguh kepada ketentuan syariat, maka kebijakan-kebijakan pemerintahannya menghasilkan berbagai kemenangan dan pertolongan Allah swt. Sudah selayaknya para pemimpin dan penguasa di dunia Islam hari ini mengikuti jejak khalifah Abu Bakar ra. kalau mereka menginginkan dirinya sebagai pemimpin yang kuat dan bermartabat. Wallahu a'lam!
Muhammad Al Khaththath


19 February 2008

Mengapa Mereka Menolak Syariah?

Seiring dengan semakin maraknya tuntutan penegakan syariah Islam di Indonesia, upaya untuk mem-bendungnya pun semakin menguat. Meskipun sebenarnya dilakukan oleh segelintir orang yang selama ini memang dikenal berpikiran liberal- gerakan penolakan syariah Islam ini dilakukan secara sistematis dengan menggunakan media massa yang kental dengan kepen-tingan kapitalis. Jaringan anti syariah inipun, tidak hanya bersifat lokal tapi juga internasional.

Suara-islam.com--Gerakan anti syariah merancang berbagai strategi. Lewat berbagai cara mereka melakukan stigmatisasi negatif terhadap syariah Islam. Rekomendasi ini antara lain diusulkan Cheryl Benard. Menurutnya, ada beberapa ide yang harus terus-menerus diangkat untuk menjelekkan citra Islam: demokrasi dan HAM, poligami, sanksi kriminal, ke-adilan Islam, minoritas, pakaian wanita, dan kebolehan suami untuk memukul istri. (Civil Democratic Islam, Partners, Resources, and Strategies, the Rand Cor-poration, hlm. 1-24).

Strategi penting lainnya adalah melemahkan umat Islam. Barat menja-lankan politik pecah-belah; antara lain mengklasifikasi umat Islam dalam berbagai golongan misalnya Islam funda-mentalis vs moderat; Islam struktural vs kultural; Islam formalis vs substansialis; Islam radikal; Islam teroris; dan istilah lain yang memecah-belah umat Islam.



Barat juga mengadu domba antar kelompok Islam. Strategi ini bisa dibaca pada langkah-langkah yang diusulkan Cheril Benard. Menurutnya, harus didukung upaya untuk membenturkan kelompok tradisionalis dengan kelompok fundamentalis.

Beberapa ulama atau tokoh Islam yang berpikiran moderat pun digunakan untuk secara langsung atau tidak me-nolak syariah. Memang sang ulama tidak mengatakan secara langsung anti syariah tapi pada dasarnya sama, menolak syariah.

Muncullah pernyataan, kita setuju syariah tapi sekedar substansinya; kita setuju syariah tapi sekedar individu dan bukan oleh negara; kita setuju syariah tapi yang tidak bertentangan dengan kultur Indonesia dan ungkapan-ung-kapan lain yang essensi sama: menolak syariah Islam. Sebab tidak mungkin syariah diterapkan kalau hanya substan-sinya, sama juga tidak mungkin syariah Islam secara praktis diterapkan kalau tidak dengan negara.

Terperangkap Pemikiran Sekuler

Terdapatnya tokoh maupun intelek-tual yang menolak syariah memunculkan pertanyaan kenapa mereka menolak syariah Islam. Pengaruh cara berpikir yang liberal dan sekuler dianggap menjadi penyebab yang utama. Pendapat seperti ini antara lain disampaikan oleh Dr Daud Rasyid. Menurut pakar hadits yang juga merupakan dosen UIN Gunung Jati Bandung ini, ada tiga faktor kenapa muncul penolakan syariah Islam dari tokoh Islam ini. Yang pertama, menu-rutnya banyak terpengaruh oleh cara berpikir Barat yang bersifat sekularistik. Agama bagi mereka dianggap masalah pribadi individu manusia. Tidak boleh dicampuri oleh negara. Dan sekularisme itu menjalar di umat Islam, dan yang menjadi korbannya para intelektual muslim.

Yang kedua bisa jadi apa yang mereka lakukan itu terpaksa, lanjutnya. Meng-ingat menegakkan kekuasaan Islam itu tantangannya sangat berat. Akhirnya mereka ini berpikir, sudahlah tidak usahlah dibicarakan lagi tentang syariah Islam oleh umat Islam. Yang perlu kita laksanakan ya ajaran-ajaran yang sifat-nya pribadi saja.

Kemudian yang ketiga menurut lulusan Fakultas Dar al-`Ulum, Univer-sitas Kairo ini, disebabkan oleh ter-giurnya mereka dengan pola yang berkembang di Barat, yakni negara tidak lagi ikut bercampur dalam soal urusan agama. “Di antara mereka ada yang beranggapan bahwa Islam itu sudah terbelakang. Nah ini yang berbahaya. Artinya mereka itu menganggap Islam produk yang tidak layak lagi sehingga tidak perlu dijalankan lagi. Kalau meng-anggap seperti ini, maka dilihat dari sisi akidah ia sudah keluar dari akidah Islam,” tegasnya.

Hal yang senada disampaikan KH A Cholil Ridwan. Menurutnya, tokoh yang selama ini menentang syariah, pemiki-rannya sudah terkontaminasi dan ter-pengaruh oleh ideologi pragmatisme, sudah tidak berakidah kaffah, secara ubudiyah dia kaffah, tapi secara akidah dia tidak kaffah. Padahal, menurut Ketua MUI Pusat ini, aqidah Islam mengata-kan Alquran itu hudan linnas, Alquran itu sangat lengkap, yang mengatur semua aspek kehidupan termasuk soal negara, pemerintah, sosial, budaya dan sebagai-nya. “Ulama yang telah terperangkap ideologi pragmatisme, melihat kepen-tingan sesaat ini yakni bahwa Indonesia akan sejahtera secara ekonomi dengan melawan kapitalisme, itu sangat berat. Cuma mereka sendiri menolak syariah Islam,” ujarnya.

Dibeli Asing ?

Pidato Bush di konvensi tentara AS tanggal 28 Agustus 2007 yang lalu merupakan pernyataan perang melawan perjuangan tegaknya syariah dan Khi-lafah. Dalam wawancaranya dengan IA Malaysia yang dikutip oleh ITAR-TASS, Bush pun menyerukan pemimpin Mus-lim untuk memerangi siapapun yang ingin menegakkan Khilafah dan menye-barkan syariah di permulaan abad ke 21 ini.

Banyak pihak bertanya, mengapa Bush berulang-ulang dalam pidatonya menyerang ide Khilafah dan syariah? Menurut Muhammad Ismail Yusanto, kekhawatiran ini wajar saja karena dengan tegaknya Khilafah dan syariah, penjajahan Barat terutama AS di negeri-negeri Islam akan berakhir. “Khilafah akan menyatukan umat dan syariah akan menggantikan posisi sekularisme yang menjadi pangkal berbagai persoalan umat. Dua perkara ini, syariah dan Khilafah, akan menghentikan dominasi AS di negeri-negeri Islam,” ujarnya.

Karena itu menurut Juru Bicara Hizbut Tahrir ini, kepentingan yang diusung oleh tokoh atau intelektual yang menolak syariah sesungguhnya adalah kepentingan asing yang khawatir penja-jahan kapitalisme mereka di dunia Islam akan berakhir kalau syariah Islam diterapkan.

Bisa dimengerti kenapa Barat de-mikian serius dan sungguh-sungguh melakukan upaya untuk membendung syariah Islam, bahkan kalaupun harus mengeluarkan dana yang besar sekali-pun. Seperti yang ditulis oleh David E Kaplan Washington telah mengeluarkan ribuan juta dolar bagi kampanye mem-pengaruhi bukan hanya masyarakat Islam tetapi Islam itu sendiri. (David E. Kaplan, Hearts, Minds, and Dollars, www.usnews.com, 4-25-2005).

Salah satu cara paling efektif untuk melakukan propaganda anti syariah Islam adalah dengan memanfaatkan umat Islam sendiri, terutama para intelektual dan ulama yang terpengaruh dengan pemikiran sekuler dan moderat. Paul Wolfowitz mengatakan, “Perang ini harus dijalankan utamanya di negeri-negeri Muslim itu sendiri dan oleh Muslim."

Kelompok moderat lalu didorong untuk memperbanyak hasil kajian yang menunjukkan kesesuaian Islam dengan sekularisme, demokrasi, dan ide-ide turunannya. Zeyno Baran, analis dari The Nixon Center menyarankan, "Anda menyediakan dana dan membantu membuat ruang politik bagi Muslim moderat untuk mengorganisasi, mence-tak, menyebarkan, dan menterjemahkan hasil kerja mereka."

Tentang adanya kemungkinan tokoh dan intelektual ini dibeli oleh asing diamini oleh DR. Daud Rasyid. Menurut-nya saat ini banyak orang-orang di ormas-ormas Islam itu tersebut yang sudah terpengaruh oleh pemikiran Barat. Tidak sedikit tokoh-tokoh dari ormas Islam dibina pendidikannya di Barat. Sehingga mereka-mereka inilah yang menjadi perpanjangan tangan dari kepentingan sekularisme.

Barat pun, lanjutnya, memberikan tawaran uang dan sebagainya, ada yang memberikan tawaran-tawaran, bantuan-bantuan dan hatinya terketuk. “Konse-sinya perjuangan syariah itu jangan sampai di blow up lagi. Atau dengan kata lain di petieskan lah, karena itulah Barat pun berusaha untuk tetap memperta-hankan pemberian bantuannya itu,” katanya.

Pernyataan senada disampaikan KH Cholil Ridwan, dalam pandangannya sangat tidak mustahil sebagian tokoh itu ada yang memang dibeli asing. Dalam dunia politik kan tidak ada teman abadi, yang ada adalah kepentingan abadi. “Tokoh umat Islam yang punya kepen-tingan untuk memenuhi ambisinya menjadi pemimpin atau penguasa bisa saja mengambil hati kekuatan asing untuk menolak syariah Islam, “ tegasnya.[Farid/www.suara-islam.com]

MENOLAK HUKUM ALLAH

Dahulu di kota Madinah ada dua orang bersengketa, satu Muslim dan yang lain Yahudi. Mereka ingin penyelesaian. Yang Muslim menghendaki agar mereka berdua datang ke Ka'ab bin Al Asyraf, salah seorang pemimpin Yahudi di Madinah. Yang Yahudi justru mengajak yang muslim agar mereka menyelesaikan masalah di hadapan Nabi Muhamamd SAW. Akhirnya disepakati mereka berdua minta penyelesaian kepada baginda Rasulullah SAW. Lalu Rasulullah SAW memutuskan perkara mereka berdua. Tampaknya sang Yahudi menang dalam perkara tersebut. Maka yang Muslim merasa hal itu kurang adil. Dia tidak bisa menerima keputusan Rasulullah SAW.

Lalu yang Muslim mengajak Yahudi itu kepada Abu Bakar. Setelah mereka selesai menyampaikan masalahnya, Abu Bakar berkata: ”Ikutilah apa yang telah diputuskan oleh Baginda Rasulullah SAW”.
habis
Si Muslim tidak bisa menerimanya. Lalu mengajak yang Yahudi untuk menemui Umar bin Khaththab. Setelah mendengar penuturan lengkap tentang permasalahan kedua orang itu, Umar masuk ke kamarnya dan segera keluar lagi dengan membawa sebilah pedang. Umar memukulkan pedangnya ke leher si Muslim itu hingga dia menemui ajalnya.
Sikap Umar bin Khaththab yang tegas ini mengingatkan kita bahwa dalam perspektif aqidah memang tidak layak bagi seorang muslim untuk menolak keputusan Rasululullah SAW. dan mengambil alternatif yang lain. Allah SWT berfirman:

“Dan tidaklah patut bagi laki-laki yang mukmin dan tidak (pula) bagi perempuan yang mukmin, apabila Allah dan rasul-Nya Telah menetapkan suatu ketetapan, akan ada bagi mereka pilihan (yang lain) tentang urusan mereka. dan barangsiapa mendurhakai Allah dan rasul-Nya Maka sungguhlah dia Telah sesat, sesat yang nyata.” (QS. Al Ahzab 36).

Dan sikap keras dan tegas Umar bin Khaththab dalam hal ini dibenarkan oleh Allah SWT. Setelah peristiwa itu turunlah firman Allah SWT:

“Maka demi Tuhanmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan, Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka sesuatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuh-nya.” (QS. An Nisa 65).

Memang akan menjadi persoalan besar jika tidak ada sikap yang tegas kepada orang yang menolak keputusan Allah dan Rasul-Nya. Sebab hal itu akan menjadikan hukum syara' disia-siakan. Pantaslah Khalifah Abu Bakar as Shiddiq yang sangat terkenal kehalusan budi bahasanya ternyata bersikap tegas dalam menghadapi pembangkangan dari kalangan orang-orang yang murtad dan tidak mau membayar zakat. Khalifah tidak bisa menerima orang yang menyatakan loyal kepada pemerintahannya, tetap setia menjalankan shalat, tapi menolak membayar zakat. Shalat lima waktu hukumnya wajib, zakat pun hukumnya wajib. Tidak boleh dibedakan. Maka dengan tegas Khalifah mengatakan: “Kalau sekiranya mereka menolak membayar anak unta (zakat) yang mereka bayarkan kepada Rasulullah. SAW., pasti aku akan memerangi mereka”.

Harus dipahami bahwa sikap menolak keputusan Rasulullah SAW. adalah sikap yang berlawanan dengan aqidah Islam yang diakui seorang muslim. Seorang muslim sudah selayaknya menerima segala keputusan Rasulullah SAW. yang mengadili perkara mereka dengan sikap berserah diri secara total, tanpa reserve. Dalam firman Allah SWT Surat An Nisa ayat 65 tersebut, satu penolakan saja bisa menggugurkan keimanannya dan dikategorikan sebagai tidak beriman, alias murtad. Dan murtad itu hukumannya adalah mati.

Bila satu hukum dibiarkan tersia-siakan, maka hukum-hukum syariah yang lain akan mengalami nasib serupa. Berarti akan hancurlah hukum syariah. Oleh karena itu, sikap yang ditampilkan Umar bin Khaththab r.a. dan Khalifah Abu Bakar r.a. yang tegas terhadap orang-orang yang menolak syariah adalah sikap kenegarawanan yang memiliki pandangan yang sangat jauh ke depan.

Di manapun kegoncangan terhadap sistem akan selalu ada. Masalahnya apakah sebuah sistem punya mekanisme untuk mengatasinya. Islam sebagai dinullah yang memiliki sistem ideologi yang sempurna memiliki system dan mekanisme untuk menjaga aqidah dan ideologi pemeluknya. Arahan Al Quran tentang bahayanya murtad dan perlunya orang menjaga keislaman dan ketaqwaan sampai akhir hayat dipadu dengan mekanisme hukum untuk orang-orang yang murtad.

Sehingga bila ada yang melakukan tindakan berbahaya, yaitu murtad, maka yang bersangkutan akan diajak diskusi hingga terbukti bahwa dia murtad, lalu diperingatkan bahayanya murtad yang bakal menghapus seluruh amal (QS. Al Baqarah 217). Dan diberi tempo tiga hari. Jika dia kembali maka dimaafkan dan kembali normal. Namun jika menolak, yang bersangkutan dihukum mati. Rasulullah SAW bersabda: “Siapa yang mengganti agamanya maka bunuhlah”.

Jika menolak satu saja keputusan hukum yang disampaikan baginda Rasulullah SAW sudah
tergolong murtad dan layak mendapatkan hukuman mati, bagaimana pula dengan orang-orang
yang secara total menolak syariah? Wallahu a'lam!
[Muhammad Al Khaththath/www.suara-islam.com]

18 February 2008

Kaidah-kaidah Islam Menyikapi Budaya Asing
Oleh: KH. M. Shiddiq Al-Jawi

Di tengah masyarakat masih terdapat kekaburan pemahaman dalam mengidentifikasi mana budaya Islam dan mana budaya asing. Sehinga budaya asing begitu saja menyerang masyarakat muslim saat ini. Bagaiamana sebenarnya kaidah-kaidah Islam menyikapi budaya asing ini? Tulisan berikut akan menjelaskan perkara ini. [pengantar redaksi]

Pendahuluan : Istilah ”Budaya”

Istilah budaya dalam literatur keislaman Bahasa Arab sering disebut dengan istilah ”al hadharah”. Secara ringkas al-hadharah artinya adalah thariqah mu’ayyanah fi al-’aiys (metode hidup yang khas), baik di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, dan sebagainya (Al-Qashash, 1996). Dan karena cara hidup yang khas itu lahir dari suatu pandangan hidup yang khas, maka substansi budaya (al-hadharah) sebenarnya adalah pandangan hidup yang khas (mafahim ’an al-hayah). Karena itulah sebagian pemikir muslim seperti Al-Qashash dalam Usus An-Nahdhah Ar-Rasyidah (1996) mendefinisikan al-hadharah sebagian sekumpulan pandangan hidup yang khas (majmu’ al-mafahim ’an al-hayah).


Dari sinilah dapat kita pahami batasan Budaya Barat (al-hadharah al-gharbiyah) dan budaya Islam (al-hadharah al-islamiyah). Budaya Barat merupakan sekumpulan pandangan hidup yang khas dari negara-negara Barat, seperti sekularisme, pluralisme, liberalisme, dan sebagainya. Sedangkan Budaya Islam merupakan sekumpulan pandangan hidup yang khas menurut perspektif Islam, seperti Aqidah Islam dan Syariah Islam beserta segala ide-ide cabangnya.

Istilah lain yang dekat dengan al-hadharah adalah ats-tsaqafah. Jika al-hadharah kadang diterjemahkan juga sebagai peradaban (selain diterjemahkan sebagai budaya), maka ats-tsaqafah sering juga diterjemahkan sebagai budaya dalam bahasa Indonesia. Kata ats-tsaqafah secara umum didefinisikan sebagai segala pengetahuan non eksperimental. dalam istilah Waqar Ahmed Husaini (2002) dalam Islamic Sciences, tsaqafah disebut ilmu-ilmu sosial humaniora (humanistic social sciences). An-Nabhani (1973) dalam At-Tafkir mendefinisikan ats-tsaqafah sebagai segala pengetahuan yang diperoleh melalui metode pemberitahuan (ikhbar), penyimpulan (istinbath), dan penyampaian transmisional (talaqqiy). Contohnya adalah ilmu sejarah, hukum, filsafat, sosiologi, dan sebagainya. Dengan demikian istilah ats-tsaqafah diposisikan sebagai lawan dari ilmu-ilmu eksperimental yang diistilahkan dengan sebutan al-’ilmu (natural sciences), semisal fisika dan kimia.

Dari istilah ats-tsaqafah ini lalu lahir istilah ats-tsaqafah al-islamiyah yang berarti ilmu-ilmu keislaman yang berpangkal dari Aqidah Islam, seperti ilmu tafsir, ilmu mustholah hadits, ilmu fiqih, ilmu ushul fiqih, bahasa Arab, dan sebagainya. Sedangkan lawannya, dapat disebut ats-tsaqafah al-ajnabiyah (tsaqafah asing) atau ats-tsaqafah al-gharbiyah (tsaqafah Barat). Misalnya ilmu ekonomi Barat (misal mazhab Keynessian atau Neoliberalisme), ilmu politik Barat, ilmu hukum Barat (Continental /Anglo Saxon), dan seterusnya.

Istilah al-hadharah dan ats-tsaqafah berhubungan erat. Ats-tsaqafah dapat dikatakan sebagai ”bahan mentah” dari sebuah al-hadharah. Jika suatu komunitas masyarakat memahami dan meyakini tsaqafah tertentu, lalu mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka, maka jadilah tsaqafah itu sebagai hadharah (cara hidup) bagi komunitas tersebut. Jika komunitas itu hanya memahami tapi tidak meyakini tsaqafah itu, maka tsaqafah itu hanya berhenti sebagai pengetahuan belaka, tidak menjelma sebagai suatu cara hidup (hadharah).

Kaidah Islam Menyikapi Budaya Asing

Saat ini umat Islam di mana pun juga tengah menghadapi ujian yang sangat berat. Mereka tidak lagi hidup dalam budaya sendiri (al-hadharah al-islamiyah), tapi hidup dalam dominasi budaya Barat yang sekular (al-hadharah al-gharbiyah), di bidang politik, ekonomi, sosial, pendidikan, pergaulan, dan sebagainya. Seorang muslim ibarat ikan yang tidak lagi hidup dalam habitatnya yang alami yaitu air, tapi dipaksa hidup di darat, di luar habitatnya. Ikan ini pasti akan segera mati. Artinya, seorang muslim akan tergerogoti dan tergerus jatidiri keislamannya sedikit demi sedikit.

Kehidupan yang tidak wajar ini tentu akan menimbulkan kehancuran bagi tiap-tiap individu muslim. Kecuali mereka yang mampu bertahan dan berpegang teguh dengan Budaya Islam serta mampu bertahan dari cengkeraman dan dominasi budaya sekuler. Di sinilah diperlukan pemahaman tentang kaidah-kaidah Islam dalam menyikapi budaya Barat sekular saat ini, agar seorang muslim dapat istiqamah berbudaya Islam dan tidak terjerumus ke dalam Budaya Barat yang sesat.

Berikut ini di antara kaidah-kaidah Islam dalam menyikapi budaya asing seperti Budaya Barat sekular :

1. Islam wajib dipahami sebagai agama yang komprehensif (syumuliyah) yang mengatur segala aspek kehidupan manusia dalam berbagai hubungannya, dan bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan (ibadah mahdhah).

Kaidah ini sangat penting dimengerti, karena berfungsi untuk membedakan secara kontras antara Islam dengan ”agama” dalam pengertian Barat yang dipahami secara sekular. Agama dalam kacamata Barat hanya mengatur hubungan dengan Tuhan, tapi tidak mengatur aspek ekonomi, politik, sosial, dan seterusnya.

Berbeda dengan perspektif Barat itu, Islam tidak mengenal dan mengakui sekularisme. Islam adalah agama yang sempurna (lihat QS al-Maidah ; 3) dan telah menjelaskan segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam kehidupannya. Firman Allah SWT (artinya) : ”Dan Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (Al-Qur`an) untuk menjelaskan segala sesuatu...” (TQS An-Nahl : 89).

2. Aqidah Islam adalah asas/sumber bagi segala pemikiran Islam.

Kaidah ini berarti bahwa Aqidah Islam yang berpangkal pada kalimat Laa ilaaha illallah Muhammad Rasulullah wajib dijadikan asas atau sumber bagi segala pemikiran bagi seorang muslim.

Dengan kata lain, seorang muslim tidak boleh mengambil asas / sumber pemikiran di luar Aqidah Islam. Misalnya, menjadikan aqidah sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan) sebagai asas bagi berbagai konsep yang digagas oleh seorang muslim. Orang muslim yang berpikiran liberal dengan berbagai gagasannya seperti kebebasan beragama, sesungguhnya telah mengambil aqidah sekularisme (bukan Aqidah Islam) sebagai asas atau sumber pemikirannya. Ini tentu bertentangan dengan Islam, karena segala pemikiran dalam Islam wajib merujuk kepada Aqidah Islam yang termaktub dalam al-Qur`an dan As-Sunnah.

Firman Allah SWT (artinya) : ”Dan apa saja yang kamu perselisihkan tentang sesuatu, maka hukumnya terserah kepada Allah.” (QS Asy-Syura : 10).

Firman Allah SWT (artinya) ”Maka jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (al-Qur`an) dan Rasul-Nya (As-Sunnah).” (QS An-Nisaa` : 59).

3. Aqidah Islam adalah standar untuk menilai benar salahnya segala pemikiran yang ada di dunia.

Selain sebagai asas atau sumber pemikiran Islam, Aqidah Islam juga berfungsi sebagai standar (miqyas / mi’yar) berbagai pemikiran yang ada di dunia. surat Al-Baqarah ayat 185, al-Qur`an disebut sebagai ”furqan”. Artinya, sebagai pembeda untuk membedakan antara yang haq dengan yang batil.

Maka dari itu, berbeda dengan pandangan paham Pluralisme yang cenderung menganggap benar semua agama, dalam pandangan Islam agama Yahudi dan Nashrani adalah tidak benar alias batil karena dinyatakan dengan tegas kekufurannya oleh Allah SWT dalam Al-Qur`an (lihat QS Al-Maidah : 73; QS At-Taubah : 29; QS Al-Bayyinah : 6). Hanya Islamlah agama yang benar (QS Ali ’Imran : 19).

Demikian pula paham-paham modern Barat, seperti demokrasi, wajib dinilai dengan kacamata Aqidah Islam. Dalam Islam demokrasi adalah ide batil dan kufur. Sebab prinsip demokrasi menyatakan bahwa manusialah yang berhak membuat hukum (kedaulatan rakyat). Sedang dalam Islam, hanya Allah SWT saja yang berhak membuat hukum, bukan yang lain.

Firman Allah SWT (artinya): ”Menetapkan hukum hanyalah hak Allah.” (QS al-An’am : 57).

4. Syariah Islam (halal haram) adalah standar untuk menilai segala perbuatan muslim.

Kaidah ini menegaskan bahwa bagi seorang muslim, segala macam perbuatannya wajib diukur dengan standar syariah Islam (halal haram). Dalam kitab al-Fikr al-Islami, Muhammad Muhammad Ismail (1958) merumuskan sebuah kaidah syariah untuk menilai baik buruknya perbuatan muslim. Bunyinya: Al-hasanu maa hassanahu asy-syar’u wa al-qabiihu maa qabbahahu asy-syar’u. (Perbuatan baik (terpuji) adalah apa yang baik menurut syariah dan perbuatan yang buruk (tercela) adalah apa yang buruk menurut syariah.

Maka dari itu, berpacaran adalah buruk, karena syariah mengharamkan segala perbuatan yang mendekati zina, apalagi zinanya itu sendiri (QS al-Isra’ : 32). Tidak memakai kerudung (khimar) dan jilbab (jubah) adalah buruk, karena keduanya telah diwajibkan dalam Islam (lihat QS Al-Ahzab : 59; QS An-Nuur : 31). Demikian juga berdua-duan (khalwat) dengan lain jenis bukan mahram adalah buruk, karena perbuatan itu telah diharamkan Islam.

Berbeda dengan ini adalah kaidah yang diajarkan secara sistematis dalam Budaya Barat, yaitu standar perbuatan baik dan buruk adalah manfaat (al-naf’iyah). Pahamnya bernama Pragmatisme atau Utilitarianisme, yang menyatakan bahwa baik buruknya suatu perbuatan dilihat dari ada tidaknya manfaat dari perbuatan itu. Walhasil, riba akan dianggap baik, karena bisa menimbulkan manfaat bagi pemungut riba (perbankan atau nasabah). Judi atau prostitusi akan dianggap baik, karena bisa menumbuhkan lapangan kerja dan menghasilkan income. Dan seterusnya. Tentu cara berpikir seperti ini adalah cara berpikir sesat yang sangat bertentangan dengan Islam.

Penutup

Demikianlah sekilas beberapa kaidah dalam Islam yang sekiranya dapat digunakan untuk mengidentifikasi dan menyikapi suatu budaya asing, entah itu Budaya Barat (Sekular) atau yang lainnya, semisal Budaya Marxisme.

Sesungguhnya upaya yang ideal adalah membentuk Budaya Islami seutuhnya, atau dengan kata lain membentuk cara kehidupan Islami secara total dalam sebuah sistem sosial bernama masyarakat Islam yang menjalankan syariah Islam secara menyeluruh (kaffah). Namun tampaknya hal ini masih merupakan tujuan jangka panjang yang sayangnya belum dapat kita wujudkan saat ini.

Faktanya, kita saat ini masih berkubang dalam Budaya Barat yang sekular dalam segala seginya. Maka setidaknya kita harus berusaha istiqamah dalam Islam dan bertahan dari gempuran Budaya Barat yang destruktif dan berbahaya terhadap keislam kita ini. Lebih dari itu, kita pun harus berupaya untuk mengubah tatanan masyarakat sekular yang ada saat ini. Budaya Barat ini sudah saatnya kita hancurkan dan kita ganti dengan Budaya Islam. Tidak ada pilihan lain. [ ]

* Penulis adalah Dosen STEI Hamfara Yogyakarta; Pengamat budaya
**Disampaikan dalam Seminar BBB (Bicang-bincang Budaya) bertema ”Budaya Islam vs Budaya Sekuler”, diselenggarakan oleh BEM Fakultas Budaya dan Bahasa Asing Universitas Muhammadiyah Semarang (BEM FBBA UNIMUS), Sabtu, 24 November 2007, di Gedung Balai Kota, Jl. Pemuda No. 148 Semarang


11 February 2008

Valentine Day = Maksiat Day

Untuk muda-mudi generasi penerus, tulisan ini akan memaparkan sedikit panjang lebar tentang CINTA, yang ternyata eksploitasi cinta tanpa tuntunan agama akan bermuara kepada pergaulan seks bebas dan merusak tatanan , bahkan eksploitasi cinta akan dapat menggiring pelakunya ke sikap pendewaan cinta yang akhirnya akan dapat menggiring seseorang kepada kesyirikan yang tidak disadarinya.
Kali ini akan kita kupas tentang Valentine yang secara kebetulan perkembangannya paralel dengan eksploitasi cinta, seks bebas dan materialisme. Tahun demi tahun hiruk-pikuk valentine makin bertambah instensitasnya, dahulu hanya muda-mudi kota-kota besar seperti Jakarta yang mengenal Valentine dan merayakannya, kini sudah mulai merambah ke muda-mudi desa-desa kecil yang ada di Indonesia ini, Valentine tidak saja dikenal oleh para remaja tetapi juga sudah dikenal dan dirayakan oleh anak-anak SD.


Dari sudut pandang ke-Islam-an, ternyata Valentine adalah sebuah perayaan yang harus dijauhi oleh para muda-mudi dan anak-anak muslim dan muslimah, dan sebaiknya para orang tua memberikan informasi kepada anak-anaknya bahwa Valentine bertentangan dengan nilai-nilai ke-Islam-an, memang bukan merupakan hal yang mudah karena sesungguhnya kita berhadapan dengan arus modernisme yang telah mengglobal dan salah kaprah. Opini tidak ketinggalan zaman dan tidak gaul bila tidak merayakan Valentine adalah salah satu kendalanya, namun dengan cara yang baik dan informasi yang akurat, Insya Allah informasi tersebut akan menjadi nasehat yang akan mudah untuk diikuti dan ditaati.
Untuk itu dalam kajian ini, akan dikupas tentang Valentine sedikit panjang lebar agar kita mendapatkan informasi yang komprehensif1 dan akurat sehingga kita dapat mensikapi hiruk-pikuk Valentine yang tahun-demi-tahun harus kita akui memang telah bertambah intensitasnya.
Sejarah Valentine
Valentine adalah nama seseorang pemimpin agama Katolik yang telah dianggap menjadi martir ?Islam : Syuhada- oleh orang-orang Kristen (katolik) dan Valentine telah diberi gelar sebagai orang suci (Santo) oleh orang-orang Kristen.
Kisahnya bermula ketika raja Claudius II (268 - 270 M) mempunyai kebijakan yangmelarang prajurit-prajurit-nya untuk menikah. Menurut raja Claudius II, bahwa dengan tidak menikah maka para prajurit akan agresif dan potensial dalam berperang.
Kebijakan ini ditentang oleh Santo Valentine dan Santo Marius, mereka berdua secara diam-diam tetap menikahkan para parujurit dan muda-mudi, lama-kelamaan tindakan mereka diketahui oleh raja Claudius, sang rajapun marah dan memutuskan untuk memberikan sangsi kepada Valentine dan santo Marius yaitu berupa hukuman mati.
Sebelum dihukum mati, Santo Valentine dan Santo Marius dipenjarakan dahulu, dalam penjara Valentine berkenalan dengan seorang gadis anak sipir penjara, kemudian gadis ini setia menjenguk valentine hingga menjelang kematian Valentine. Sebelum Valentine dihukum mati, Valentine masih sempat menulis pesan kepada gadis kenalannya, yang isinya :
' From Your Valentine '


Setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, orang-orang selalu mengingat kedua santo tersebut dan merayakannya sebagai bentuk ekspresi cinta kasih Valentine, dua-ratus tahun kemudian yaitu tahun 496 Masehi setelah kematian Santo Valentine dan Santo Marius, Paus Galasius meresmikan tanggal 14 Pebruari 496 sebagai hari Velentine.

Itulah sejarah hari Valentine yang ternyata untuk mengenang dan memperingati dua orang suci Kristen Katolik yang mengorbankan jiwanya demi kasih sayang.

Ada versi lain tentang sejarah Valentine, yaitu pada masa Romawi Kuno, tanggal 14 Pebruari merupakan hari raya untuk memperingati dewi Juno, dewi Juno adalah ratu
dari segala dewa dan dewi, orang-orang Romawi kuno juga meyakini bahwa dewi
Juno adalah dewi bagi kaum perempuan dan perkawinan ?dewi cinta.

Pada tanggal 14 Pebruari orang-orang Romawi kuno mengadakan perayaan untuk memperingati Dewi Juno dengan cara memisahkan kaum laki-laki dan perempuan. Nama-nama remaja perempuan ditulis pada potongan kertas lalu digulung dan dimasukkan ke dalam botol, setelah itu para laki-laki mengambil satu kertas sebagai, setiap laki-laki akan mendapatkan pasangan sesuai nama yang didapat dalam undian tersebut, bila kemudian mereka ada kecocokan maka mereka akan melangsungkan pernikahan dihari-hari berikutnya.

Valentine dan Barat

Pada abad ke 16 Masehi, perayaan Valentine yang semula merupakan ritual milik agama Kristen Katolik telah berangsur-angsur bergeser, yang semula untuk memperingati kematian santo Valentine dan Marius telah bergeser menjadi hari ?Jamuan Kasih Sayang? yang disebut sebagai ?Supercalis? seperti yang dirayakan oleh bangsa Romawi Kuno pada tiap tanggal 15 Pebruari.

Sedangkan pada abad pertengahan di dalam bahasa Perancis-Normandia terdapat kata ?Galentine? yang berasal dari kata Galant yang berarti cinta, persamaan bunyi antara Galentine dan Valentine disinyalir telah memberikan ide kepada orang-orang Eropa bahwa sebaiknya pada tanggal 14 Pebruari digunakan untuk mencari pasangan. Dan kini Valentine telah tersinkretisasi dengan peradaban Barat.

Valentine telah menjadi bentuk pesta hura-hura, simbol modernitas, sekedar simbol cinta, dan sudah mulai bernuansa pergaulan bebas dan seks bebas.

Banyak para muda-mudi yang mengadakan pesta Valentine hanya karena ikut-ikutan supaya tidak dibilang ketinggalan zaman atau tidak gaul, orang yang ikut-ikutan pesta valentine seakanakan telah menyandang predikat sebagai orang yang modern dan maju, padahal dia tidak tahu apa-apa tentang sejarah Valentine dan Valentine itu sendiri, padahal Valentine sendiri bukanlah hasil kemajuan ilmu pengetahuan dan tehnologi.

Tentu saja Barat adalah yang paling diuntungkan dengan hiruk-pikuk pesta Valentine, karena di dalam pesta valentine orang didukung untuk hura-hura, mencari cinta sesaat dan instan, seks bebas, galmour yang semuanya itu mengarah ke peradaban Barat.
Ketika Al-Islah mengadakan survey via telepon terhadap beberapa masyarakat kota, ada seorang koresponden yang pernah berada di luar negeri memberikan pandangannya bahwa Valentine telah menjadi media Barat untuk memasarkan produknya, merebaknya Valentine di kalangan muda-mudi, menjadikan mereka ramah dan permisif terhadap produk-produk Barat, antara lain fashion, kafe, hotel, film, seks pranikah, dan lain sebagainya.

Namun kalau kita mau jeli dan teliti, Valentine memang bisa menjadikan seseorang merasa tidak ketinggalan zaman, gaul, fashionable dan segudang simbol peradaban Barat lainnya, salah satu faktor besarnya daya jual produk-produk Barat adalah terbangunnya opini tersebut dikalangan muda-mudi, contoh, orang ingin mengganti Hp-nya dengan HP baru hanya dengan satu alasan saja yaitu ?model baru lebih trendy atau fashionable yang lama telah ketinggalan jaman dan memalukan? , opini semacam itulah yang ingin dibangun barat melaui acara-acara Valentine.


Survey Membuktikan

Dari wawancara dengan beberapa koresponden yang ada diwilayah pinggiran kota via telepone ketika diajukan pertanyaan apakah Valentine itu ? didapatkan hasil rata-rata para koresponden dari kalangan remaja memberikan jawaban bahwa Valentine adalah hari kasih sayang walaupun sebagian besar dari mereka tidak mengetahui sejarah Valentine. Dan ketika mereka ditanya apakah ingin merayakan Valentine?, sebagian besar menjawab ya dan ingin merayakan bersama sang kekasih, sebagian yang lainnya menjawab tidak perlu dengan alasan kasih sayang itu bukan hanya satu hari itu saja tetapi sepanjang tahun, dan ada juga yang memberikan alasan karena Valentine adalah budaya Barat yang memiliki efek negatif dan merusak. Yang cukup mengejutkan ada seorang anak SD yang tahu tentang hari Valentine dan ingin merayakan dengan memberi hadiah kepada teman spesial.

Dan dari wawancara dengan korespeonden yang sudah berumah tangga dengan kisaran umur antara 30 tahun hingga 50 tahun memberikan hasil bahwa ketika mereka dalam usia remaja mereka sebagian besar tidak tahu tentang Valentine walaupun pernah mendengar kata Valentine, sebagian kecil mengatakan ketika masih remaja mereka telah tahu tentang Valentine tetapi tidak pernah merayakannya. Dan ketika diberi pertanyaan lanjutan apakah akan memberikan izin kepada anaknya untuk merayakan Valentine, sebagian besar menjawab tidak masalah asal tidak kebablasan, dan sebagian yang lain mengizinkan tetapi dengan memberikan pengarahan dan sebagian yang lainnya lagi akan melarang karena mengetahui bahwa Valentine adalah budaya Barat dan bertentangan dengan agama Islam.

Dari wawancara tersebut dapat diperoleh gambaran tentang opini dan sikap
asyarakat mengenai Valentine ?walaupun kurang akurat-:

Pertama, kalangan muda-mudi hampir 100% telah mengenal Valentine padahal para orang-tua mereka hampir 100% tidak mengenal Valentine pada masa remajanya berarti Valentine telah berkembang pesat dalam satu generasi.

Kedua, hanya sebagian kecil remaja yang menentang Valentine dan hampir 100% yang tidak mengetahui tentang sejarah Valentine.

Dan sekarang mari kita tinjau pandangan Islam tentang Valentine dan bagaimana semestinya umat Islam harus bersikap.

PANDANGAN ISLAM TENTANG VALENTINE

Dari uraian sejarah Valentine dan hubungannya dengan peradaban Barat saat ini dapat diringkas bahwa Valentine merupakan :

1. Ritual yang bersumber dari Kristen yang dikukuhkan oleh Paus Galasius untuk mengenang orang suci Kristen yaitu Santo Valentine dan Santo Marius.
2. Ritual orang-orang Romawi kuno yang pagan (penyembah berhala) untuk memperingati dewi Juno yaitu ratu dari segala dewa-dewi bagi perempuan dan perkawinan ( dewi cinta).
3. Ritual bangsa Eropa pada abad pertengahan untuk mencari jodoh.
4. Media Barat untuk mengkokohkan cengkraman peradaban Barat.,


Dari keempat jatidiri Valentine tersebut, tidak satupun yang tidak bertentangan dengan ajaran Islam, alasannya :
Pertama, Valentine merupakan ritual keagamaan yaitu agama Kristen, sehingga Valentine merupakan ibadah bagi agama Kristen, bukti bahwa Valentine sebagai ritual agama Kristen adalah ritual Valentine tersebut dikukuhkan oleh seorang Paus yaitu Paus Galasius untuk memperingati dua orang yang diberi gelar orang suci oleh orang-orang Kristen. Bagi Muslim mengikuti Valentine tersebut adalah sama dengan mengikuti peribadatan orang Kristen, di samping itu ada bahaya yang lain yaitu sinkretisasi antara agama Islam dan Kristen, Allah I telah memerintahkan kita untuk tidak mencampuradukkan ajaran agama Islam dengan ajaran agama manapun termasuk Kristen :
Bagimu agamamu, bagiku agamaku. QS. 109:1-6
Kedua, Valentine untuk memperingati/memuja dewi Juno adalah ritual yang dilakukan oleh orang-orang romawi Kuno yang menyembah berhala/dewa, sehingga mengikuti ritual ini dapat bernilai kesyirikan seperti yang dilakukan oleh orang-orang Romawi Kuno yang menyembah berhala. Bedakan diri kalian dari orang-orang Musyrik. HR. Bukhari-Muslim
Ketiga, Valentine sebagai sarana untuk mencari jodoh oleh orang-orang Eropa, mereka bertahayul bahwa kasih sayang akan mulai bersemi pada tanggal 14 Pebruari, tahayul adalah salah satu bentuk kesyirikan, sehingga haram hukumnya bagi umat Islam untuk mengikutinya.
Keempat, Valentine sebagai media barat telah diakui daya rusaknya terhadap tatanan masyarakat timur apalagi Islam, mengiktui Valentine bukan saja sekedar pesta untuk menyatakan kasih sayang, tetapi juga pesta yang mau-tidak-mau harus mengikutkan budaya yang lainnya, pergaulan bebas, fashion, pakaian minim, ciuman antara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya, hidup glamour, materialistis, dansa-dansa, mengumbar nafsu dan lain-lain.
Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, ia akan termasuk golongan mereka. HR. Ahmad

Tidak dapat dipungkiri lagi, Valentine adalah salah satu pintu masuk untuk menjadi sama dengan mereka.
Itulah jatidiri Valentine dan kedudukannya terhadap agama Islam, banyak para muda-mudi yang mengikuti Valentine hanya sekedar ikut-ikutan dan tidak mengetahui apa dan bagaimana Valentine yang sesungguhnya, mereka ikut hanya karena pernah melihat ada yang jualan kartu Valentine atau menerima kartu valentine, atau karena pernah diajak temannya ikut acara Valentine, atau karena pernah melihat propaganda Valentine di majalah-majalah, tv, film dan lain sebagainya, terhadap sikap para muda-mudi yang mengikut saja terhadap apa yang tidak diketahuinya, Allah SWT telah memberikan peringatan :
Dan janganlah kamu megikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. QS. 17:36
Barangkali, alasan yang lebih rasional dan universal untuk menolak perayaan Valentine bagi umat Islam adalah dengan mengajukan pertanyaan: untuk apa Valentine dirayakan?; cukup beralasankah 14 Februari dideklarasikan sebagai hari kasih sayang?. Maka pertanyaan ini dengan sendirinya akan menghadirkan jawaban bahwa Valentine tidak lain diperingati untuk mengenang santo Valentinus yang hanya ada dalam kayakinan Kristen. Oleh karenanya, kurang tepat jika Valentine dirayakan umat Islam dengan alasan turut merayakan hari kasih sayang. Padahal, Kristen sendri sebagai institusi yang memulai propaganda perayaan tersebut, pernah menghapuskan penanggalan ini dari kalender gereja dengan alasan sejarah yang tidak jelas. Naif sekali jika umat Islam yang notabenenya “ikut-ilutan” justru menjadi vigur yang paling “getol” merayakan Valentine tersebut.
Penutup.
Di Jepang Valentine dirayakan sebagai propaganda marketting secara besar-besaran. Orang Prancis dan Australia mungkin punya alasan sendiri untuk merayakan Valentine. Tapi yang sulit dimengerti adalah si “Fulan” penduduk asli Indonesia, dengan biaya yang cukup mahal turut mengemas kado istimewa untuk dipersembahkan kepada kekasihnya di tanggal 14 Februari. Apakah si “Fulan” juga punya alasan merayakan Valentine, atau justru menjadi korban ikut-ikutan?.
Tulisan sederhana ini kiranya dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca untuk lebih memahami makna perayaan 14 Februari sebagai hari Valentine. Mungkinkah perayaan tersebut akan semakin membudaya dalam lingkungan Islam akibat kebutaan sejarah, atau justru umat Islam akan semakin sadar bahwa mereka tidak punya alasan yang jelas untuk ikut merayakan Valentine?. Wallahu a’lam. al-islahonline.com


04 February 2008

Para Khalifah dalam Lintasan Sejarah

Rasulullah SAW telah memerintahkan kepada kaum muslimin agar mereka mengangkat seorang khalifah setelah beliau SAW wafat, yang dibai'at dengan bai'at syar'iy untuk memerintahkan kaum muslimin berdasarkan Kitabullah dan Sunnah Rasulullah SAW. Menegakkan syari'at Allah, dan berjihad bersama kaum muslimin melawan musuh-musuh Allah.

Rasulullah SAW bersabda : "Sesungguhnya tidak ada Nabi setelah aku, dan akan ada para khalifah, dan banyak (jumlahnya)." para sahabat bertanya, "Apa yang engkau perintahkan kepada kami? Nabi SAW menjawab, "penuhilah bai'at yang pertama, dan yang pertama. Dan Allah akan bertanya kepada mereka apa-apa yang mereka pimpin." (HR. MUSLIM) Rasulullah SAW berwasiat kepada kaum muslimin, agar jangan sampai ada masa tanpa adanya khalifah (yang memimpin kaum muslimin). Jika hal ini terjadi, dengan tiadanya seorang khalifah, maka wajib bagi kaum muslimin berupaya mengangkat khalifah yang baru, meskipun hal itu berakibat pada kematian.


Sabda Rasulullah SAW : "Barang siapa mati dan dipundaknya tidak membai'at Seorang imam (khalifah), maka matinya (seperti) mati (dalam keadaan)jahiliyyah."

Rasulullah SAW juga bersabda : "Jika kalian menyaksikan seorang khalifah, hendaklah kalian taat, walaupun (ia) memukul punggungmu. Sesungguhnya jika tidak ada khalifah, maka akan terjadi Kekacauan." (HR. THABARANI)

sesungguhnya Allah SWT telah memerintahkan (kepada kita) untuk taat kepada khalifah. Allah berfirman : "Hai orang-orang yang berfirman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri diantara kamu." (AN NISA :59)

Kaum muslimin telah menjaga wasiat Rasulullah SAW tersebut sepanjang 13 abad. Selama interval waktu itu, kaum muslimin tidak pernah menyaksikan suatu kehidupan tanpa ada (dipimpin) seorang khalifah yang mengatur urusan-urusan mereka. Ketika seorang khalifah meninggal atau diganti, ahlul halli wal 'aqdi segera mencari, memilih, dan menentukan pengganti khalifah terdahulu. Hal ini terus berlangsung pada masa-masa islam (saat itu). Setiap masa, kaum muslimin senantiasa menyaksikan bai'at kepada khalifah atas dasar taat. Ini dimulai sejak masa Khulafaur Rasyidin hingga periode para Khalifah dari Dinasti 'Utsmaniyyah.

Kaum muslimin mengetahui bahwa khalifah pertama dalam sejarah Islam adalah Abu Bakar ra, akan tetapi mayoritas kaum muslimin saat ini, tidak mengetaui bahwa Sultan 'Abdul Majid II adalah khalifah terakhir yang dimiliki oleh umat Islam, pada masa lenyapnya Daulah Khilafah Islamiyyah akibat ulah Musthafa Kamal yang menghancurkan sistem kilafah dan meruntuhnya Dinasti 'Utsmaniyyah. Fenomena initerjadi pada tanggal 27 Rajab 1342 H.

Dalam sejarah kaum muslimin hingga hari ini, pemerintah Islam di bawah institusi Khilafah Islamiah pernah dipimpin oleh 104 khalifah. Mereka (para khalifah) terdiri dari 5 orang khalifah dari khulafaur raasyidin, 14 khalifah dari dinasti Umayyah, 18 khalifah dari dinasti 'Abbasiyyah, diikuti dari Bani Buwaih 8 orang khalifah, dan dari Bani Saljuk 11 orang khalifah. Dari sini pusat pemerintahan dipindahkan ke kairo, yang dilanjutkan oleh 18 orang khalifah. Setelah itu khalifah berpindah kepada Bani 'Utsman. Dari Bani ini terdapat 30 orang khalifah. Umat masih mengetahui nama-nama para khulafaur rasyidin dibandingkan dengan yang lain. Walaupun mereka juga tidak lupa dengan Khalifah 'Umar bin 'Abd al-'Aziz, Harun al-rasyid, Sultan 'Abdul Majid, serta khalifah-khalifah yang masyur dikenal dalam sejarah.

Adapun nama-nama para khalifah pada masa khulafaur Rasyidin sebagai berikut:

1.Abu Bakar ash-Shiddiq ra (tahun 11-13 H/632-634 M)
2.'Umar bin khaththab ra (tahun 13-23 H/634-644 M)
3.'Utsman bin 'Affan ra (tahun 23-35 H/644-656 M)
4.Ali bin Abi Thalib ra (tahun 35-40 H/656-661 M)
5.Al-Hasan bin Ali ra (tahun 40 H/661 M)


Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka sebagai berikut:

1.Mu'awiyah bin Abi Sufyan (tahun 40-64 H/661-680 M)
2.Yazid bin Mu'awiyah (tahun 61-64 H/680-683 M)
3.Mu'awiyah bin Yazid (tahun 64-68 H/683-684 M)
4.Marwan bin Hakam (tahun 65-66 H/684-685 M)
5.'Abdul Malik bin Marwan (tahun 66-68 H/685-705 M)
6.Walid bin 'Abdul Malik (tahun 86-97 H/705-715 M)
7.Sulaiman bin 'Abdul Malik (tahun 97-99 H/715-717 M)
8.'Umar bin 'Abdul 'Aziz (tahun 99-102 H/717-720 M)
9.Yazid bin 'Abdul Malik (tahun 102-106 H/720-724 M)
10.Hisyam bin Abdul Malik (tahun 106-126 H/724-743 M)
11.Walid bin Yazid (tahun 126 H/744 M)
12.Yazid bin Walid (tahun 127 H/744 M)
13.Ibrahim bin Walid (tahun 127 H/744 M)
14.Marwan bin Muhammad (tahun 127-133 H/744-750 M)


Setelah mereka, khalifah berpindah ke tangan Bani Umayyah yang berlangsung lebih dari 89 tahun. Khalifah pertama adalah Mu'awiyyah. Sedangkan khalifah terakhir
adalah Marwan bin Muhammad bin Marwan bin Hakam. Masa kekuasaan mereka
sebagai berikut:

I. Dari Bani 'Abbas 1.Abul 'Abbas al-Safaah (tahun 133-137 H/750-754 M)
2.Abu Ja'far al-Mansyur (tahun 137-159 H/754-775 M)
3.Al-Mahdi (tahun 159-169 H/775-785 M)
4.Al-Hadi (tahun 169-170 H/785-786 M)
5.Harun al-Rasyid (tahun 170-194 H/786-809 M)
6.Al-Amiin (tahun 194-198 H/809-813 M)
7.Al-Ma'mun (tahun 198-217 H/813-833 M)
8.Al-Mu'tashim Billah (tahun 218-228 H/833-842 M)
9.Al-Watsiq Billah (tahun 228-232 H/842-847 M)
10.Al-Mutawakil 'Ala al-Allah (tahun 232-247 H/847-861 M)
11.Al-Muntashir Billah (tahun 247-248 H/861-862 M)
12.Al-Musta'in Billah (tahun 248-252 H/862-866 M)
13.Al-Mu'taz Billah (tahun 252-256 H/866-869 M)
14.Al-Muhtadi Billah (tahun 256-257 H/869-870 M)
15.Al-Mu'tamad 'Ala al-Allah (tahun 257-279 H/870-892 M)
16.Al-Mu'tadla Billah (tahun 279-290 H/892-902 M)
17.Al-Muktafi Billah (tahun 290-296 H/902-908 M)
18.Al-Muqtadir Billah (tahun 296-320 H/908-932 M)

II. Dari Bani Buwaih 19.Al-Qahir Billah (tahun 320-323 H/932-934 M)
20.Al-Radli Billah (tahun 323-329 H/934-940 M)
21.Al-Muttaqi Lillah (tahun 329-333 H/940-944 M)
22.Al-Musaktafi al-Allah (tahun 333-335 H/944-946 M)
23.Al-Muthi' Lillah (tahun 335-364 H/946-974 M)
24.Al-Thai'i Lillah (tahun 364-381 H/974-991 M)
25.Al-Qadir Billah (tahun 381-423 H/991-1031 M)
26.Al-Qa'im Bi Amrillah (tahun 423-468 H/1031-1075 M)

III. dari Bani Saljuk
27. Al Mu'tadi Biamrillah (tahun 468-487 H/1075-1094 M)
28. Al Mustadhhir Billah (tahun 487-512 H/1094-1118 M)
29. Al Mustarsyid Billah (tahun 512-530 H/1118-1135 M)
30. Al-Rasyid Billah (tahun 530-531 H/1135-1136 M)
31. Al Muqtafi Liamrillah (tahun 531-555 H/1136-1160)
32. Al Mustanjid Billah (tahun 555-566 H/1160-1170 M)
33. Al Mustadhi'u Biamrillah (tahun 566-576 H/1170-1180 M)
34. An Naashir Liddiinillah (tahun 576-622 H/1180-1225 M)
35. Adh Dhahir Biamrillah (tahun 622-623 H/1225-1226 M)
36. al Mustanshir Billah (tahun 623-640 H/1226-1242 M)
37. Al Mu'tashim Billah ( tahun 640-656 H/1242-1258 M)


Setelah itu kaum muslimin hidup selama 3,5 tahun tanpa seorang khalifah pun. Ini terjadi karena serangan orang-orang Tartar ke negeri-negeri Islam dan pusat kekhalifahan di Baghdad. Namun demikian, kaum muslimin di Mesir, pada masa dinasti Mamaluk tidak tinggal diam, dan berusaha mengembalikan kembali kekhilafahan. kemudian mereka membai'at Al Muntashir dari Bani Abbas. Ia adalah putra Khalifah al-Abbas al-Dhahir Biamrillah dan saudara laki-laki khalifah Al Mustanshir Billah, paman dari khalifah Al Mu'tashim Billah. Pusat pemerintahan dipindahkan lagi ke Mesir. Khalifah yang diangkat dari mereka ada 18 orang yaitu :

1. Al Mustanshir billah II (taun 660-661 H/1261-1262 M)
2. Al Haakim Biamrillah I ( tahun 661-701 H/1262-1302 M)
3. Al Mustakfi Billah I (tahun 701-732 H/1302-1334 M)
4. Al Watsiq Billah I (tahun 732-742 H/1334-1354 M)
5. Al Haakim Biamrillah II (tahun 742-753 H/1343-1354 M)
6. al Mu'tadlid Billah I (tahun 753-763 H/1354-1364 M)
7. Al Mutawakkil 'Alallah I (tahun 763-785 H/1363-1386 M)
8. Al Watsir Billah II (tahun 785-788 H/1386-1389 M)
9. Al Mu'tashim (tahun 788-791 H/1389-1392 M)
10. Al Mutawakkil 'Alallah II (tahun 791-808 H/1392-14-9 M)
11. Al Musta'in Billah (tahun 808-815 H/ 1409-1426 M)
12. Al Mu'tadlid Billah II (tahun 815-845 H/1416-1446 M)
13. Al Mustakfi Billah II (tahun 845-854 H/1446-1455 M)
14. Al Qa'im Biamrillah (tahun 754-859 H/1455-1460 M)
15. Al Mustanjid Billah (tahun 859-884 H/1460-1485 M)
16. Al Mutawakkil 'Alallah (tahun 884-893 H/1485-1494 M)
17. al Mutamasik Billah (tahun 893-914 H/1494-1515 M)
18. Al Mutawakkil 'Alallah OV (tahun 914-918 H/1515-1517 M)


Ketika daulah Islamiyah Bani Saljuk berakhir di anatolia, Kemudian muncul kekuasaan yang berasal dari Bani Utsman dengan pemimpinnya "Utsman bin Arthagherl sebagai khalifah pertama Bani Utsman, dan berakhir pada masa khalifah Bayazid II (918 H/1500 M) yang diganti oleh putranya Sultan Salim I. Kemuadian khalifah dinasti Abbasiyyah, yakni Al Mutawakkil "alallah diganti oleh Sultan Salim. Ia berhasil menyelamatkan kunci-kunci al-Haramain al-Syarifah. Dari dinasti Utsmaniyah ini telah berkuasa sebanyah 30 orang khalifah, yang berlangsung mulai dari abad keenam belas Masehi. nama-nama mereka adalah sebagai berikut:

1. Salim I (tahun 918-926 H/1517-1520 M)
2. Sulaiman al-Qanuni (tahun 916-974 H/1520-1566 M)
3. salim II (tahun 974-982 H/1566-1574 M)
4. Murad III (tahun 982-1003 H/1574-1595 M)
5. Muhammad III (tahun 1003-1012 H/1595-1603 M)
6. Ahmad I (tahun 1012-1026 H/1603-1617 M)
7. Musthafa I (tahun 1026-1027 H/1617-1618 M)
8. 'Utsman II (tahun 1027-1031 H/1618-1622 M)
9. Musthafa I (tahun 1031-1032 H/1622-1623 M)
10. Murad IV (tahun 1032-1049 H/1623-1640 M)
11. Ibrahim I (tahun 1049-1058 H/1640-1648 M)
12. Mohammad IV (1058-1099 H/1648-1687 M)
13. Sulaiman II (tahun 1099-1102 H/1687-1691M)
14. Ahmad II (tahun 1102-1106 H/1691-1695 M)
15. Musthafa II (tahun 1106-1115 H/1695-1703 M)
16. Ahmad II (tahun 1115-1143 H/1703-1730 M)
17. Mahmud I (tahun 1143-1168/1730-1754 M)
18. "Utsman IlI (tahun 1168-1171 H/1754-1757 M)
19. Musthafa II (tahun 1171-1187H/1757-1774 M)
20. 'Abdul Hamid (tahun 1187-1203 H/1774-1789 M)
21. Salim III (tahun 1203-1222 H/1789-1807 M)
22. Musthafa IV (tahun 1222-1223 H/1807-1808 M)
23. Mahmud II (tahun 1223-1255 H/1808-1839 M)
24. 'Abdul Majid I (tahun 1255-1277 H/1839-1861 M)
25. "Abdul 'Aziz I (tahun 1277-1293 H/1861-1876 M)
26. Murad V (tahun 1293-1293 H/1876-1876 M)
27. 'Abdul Hamid II (tahun 1293-1328 H/1876-1909 M)
28. Muhammad Risyad V (tahun 1328-1339 H/1909-1918 M)
29. Muhammad Wahiddin II (tahun 1338-1340 H/1918-1922 M)
30. 'Abdul Majid II (tahun 1340-1342 H/1922-1924 M

Sekali lagi terjadi dalam sejarah kaum muslimin, hilangnya kekhalifahan. Sayangnya, kaum muslimin saat ini tidak terpengaruh, bahkan tidak peduli dengan runtuhnya kekhilafahan. Padahal menjaga kekhilafahan tergolong kewajiban yang sangat penting. Dengan lenyapnya institusi kekhilafahan, mengakibatkan goncangnya dunia Islam, dan memicu instabilitas di seluruh negeri Islam. Namun sangat disayangkan, tidak ada (pengaruh) apapun dalam diri umat, kecuali sebagian
kecil saja.

Jika kaum muslimin pada saat terjadinya serangan pasukan Tartar ke negeri mereka, mereka sempat hidup selama 3,5 tahun tanpa ada khalifah, maka umat Islam saat ini, telah hidup selama lebih dari 75 tahun tanpa keberadaan seorang khalifah. Seandainya negara-negara Barat tidak menjajah dunia Islam, dan seandainya tidak ada penguasa-penguasa muslim bayaran, seandainya tidak ada pengaruh tsaqofah, peradaban, dan berbagai persepsi kehidupan yang dipaksakan oleh Barat terhadap kaum muslimin, sungguh kembalinya kekhilafahan itu akan jauh lebih mudah. Akan tetapi kehendak Allah berlaku bagi ciptaanNya dan menetapkan umat ini hidup pada masa yang cukup lama.

Umat Islam saat ini hendaknya mulai rindu dengan kehidupan mulia di bawah naungan Daulah Khilafah Islamiyah. Dan Insya Allah Daulah Khilafah itu akan berdiri. Sebagaimana sabda Rasulullah "...kemudian akan tegak Khilafah Rasyidah yang sesuai dengan manhaj Nabi". Kami dalam hal ini tidak hanya yakin bahwa kekhilafahan akan tegak, lebih dari itu, kota Roma (sebagai pusat agama Nashrani) dapat ditaklukkan oleh kaum muslimin setelah dikalahkannya Konstantinopel yang sekarang menjadi Istambul. Begitu pula daratan Eropa, Amerika, dan Rusia akan dikalahkan. Kemudian Daulah Khilafah Islamiyah akan menguasai seluruh dunia setelah berdirinya pusat Daulah Khilafah. Sungguh hal ini dapat terwujud dengan Izin Allah. Kita akan menyaksikannya dalam waktu yang sangat dekat
http://www.islamuda.com/?imud=rubrik&menu=baca&kategori=4&id=233ekat


01 February 2008

KITA PUNYA SEJARAH HEBAT


Pepatah bilang “yang lalu biarlah berlalu”. Tapi untuk sejarah, jangan sampe deh yang lalu berlalu tanpa kita tahu ada apa di masa lalu. Rugi. BTW, kalo inget pelajaran sejarah, kadang kita ngerasa bete banget dengan pelajaran itu. Abis…isinya hapalan doang. Kalo ada TTS-nya sih masih mending. Tahu sendiri, kadang kita paling males kalo disuruh menghapal. Keseringan lupa daripada nggak ingetnya. Kecuali suruh hapalin jadwal kampanye pemilu. Biar bisa dapet kaos gratisan. Hehehe…..

Sejarah emang masa lalu, tapi justru karena ada masa lalu itulah kita enjoy hidup pada masa kini. Iya dong. Kalo Thomas Alfa Edison nyerah dalam percobaan lampu pijarnya, kayaknya kamar kita masih dihiasi lampu templok, lilin, atau petromak. Kalo dulu Alexander Graham Bell nggak kreatif bikin nenek moyangnya telepon, mungkin aja sekarang kita masih pake bekas kaleng susu yang dihubungkan dengan benang biar bisa komunikasi. Hihihi..ini mah Flinstone punya euy!

Nggak ada ruginya lho kita belajar sejarah. Kita jadi banyak tahu asal-usul sesuatu. Apalagi sejarah Islam. Dijamin, kita akan terbelalak melihat kejayaan Islam pada masa lalu dengan peradabannya yang agung dan modern. Para ilmuwan Islam pun jadi ‘jagoan’ untuk setiap bidang iptek yang digelutinya. Malah kecanggihan peradaban Barat masa kini diawali ketika mereka mengenal peradaban Islam. Jadi, geber aja buletin Studia kali ini. Biar wawasan sejarah Islam kamu bertambah. Oke? Taariiik…!
Kejayaan Islam masa lalu

Mungkin kita nggak bakal nyangka kalo Islam bisa sampe ke negerinya Fernando Hiero di Spanyol sono. Padahal letaknya jauh banget dari tempat lahirnya sang utusan Allah Swt. Inilah hasil kerja keras kaum Muslimin dalam menyebarkan dakwah. Rasulullah saw. bersabda:”Islam pasti akan mencapai wilayah yang diliputi siang dan malam. Allah tidak akan membiarkan rumah yang megah maupun yang sederhana, kecuali akan memasukkan agama ini ke dalamnya, dengan memuliakan orang yang mulia dan dengan menghinakan orang yang hina. Mulia karena Allah akan memuliakannya dengan Islam; hina karena Allah akan menghinakannya akibat kekafirannya.” (HR. Ahmad dalam Musnad-nya, jld. IV/103).

Sejarah udah ngebuktiin kebenaran hadis di atas. Pada masa Rasulullah saw., Mekkah, Khaibar, Bahrain, seluruh jazirah Arab, dan seluruh wilayah Yaman berhasil dibebaskan (terbebas dari kekufuran dan tunduk di bawah pemerintahan Islam). Berlanjut pada kekhalifahan Abu Bakar r.a. sebagian daerah Syams, Bashrah, Damaskus, dan negeri-negeri sekitarnya berhasil dibebaskan. Khalifah Umar bin Khathab-lah yang membebaskan seluruh wilayah Syam, seluruh wilayah Mesir, dan sebagian kekuasaan Byzantium. Dan di bawah pemerintahan Utsman bin Affan, Islam telah sampai ke penjuru Timur dan Barat. Negeri-negeri di kawasan Maroko dan sekitarnya dapat dibebaskan sampe negerinya Jet Li.
Pasca kekhalifahan Khulafaur Rasyidin, kekuasaan Islam makin luas. Beberapa prestasi tertorehkan dengan tinta emas dalam sejarah Islam. Seperti saat penak-lukkan Andalusia, Spanyol.

Waktu itu tahun 92 H/711M. 7000 pasukan Mus-lim di bawah pimpinan Panglima Thariq bin Ziyad bela-belain menyebrangi selat Gibraltar (Jabal Thariq) biar bisa sampe di Spanyol. Atas pertolongan Allah, pasukan raja Rhoderick (Spanyol) yang berkekuatan 100.000 pasukan tumbang di tangan pasukan Thariq bin Ziyad yang hanya berjumlah 7000 plus 5000 pasukan tambahan. Allahu Akbar!

Inilah awal penyebaran dakwah Islam di Eropa. Jadi nggak usah bingung kalo kita sempet mimpi ke Spanyol ngeliat masjid Cordoba yang megah nan indah. Masjid yang dibangun pada masa Abdurrahman III dari Bani Umayyah ini tinggi menaranya 40 hasta di atas batang-batang kayu berukir. Udah gitu ditopang oleh 1093 tiang yang terbuat dari berbagai macam marmer bermotif papan catur. Di sisi selatan tampak 19 pintu berlapiskan perunggu dengan kreasi yang sangat menakjubkan. Sementara pintu tengahnya berlapiskan lempeng-lempeng emas.
Kejayaan Islam belanjut sampe masa pemerintahan Utsmaniyah. Setelah sebelum-nya, pasukan Sultan Muhammad al-Fatih (1453 M) berhasil menaklukkan Konstantinopel, kerajaan Byzantium Timur. Nama Konstantinopel pun diubah menjadi Istambul dan dijadikan ibukota Kekhilafahan Islam Utsmaniyyah.
Peradaban dan ilmuwan Islam

kejayaan Islam nggak cuma di medan tempur. Keliru kalo ada orang yang nganggap kaum Muslimin itu bangsa Barbar karena doyan menumpahkan darah di medan perang. Peperangan itu semata-mata untuk menyebarkan Islam. Kagak pake embel-embel pembumihangusan atau ekploitasi kekayaan alam. Nehi…nehi… itu cuma kelakuan negara kemaruk macam AS.

Sebelum mengenal peradaban Islam, keadaan negeri-negeri Barat sungguh memprihatin-kan. Dalam bu-ku Sejarah Umum karya Lavis dan Rambon dije-laskan bahwa Inggris Anglo-Saxon pada abad ke-7 M hingga sesu-dah abad ke-10 M merupakan negeri yang tandus, terisolir, kumuh, dan liar. Tempat kediaman dan keamanan manusia tidak lebih baik daripada hewan. Eropa masih penuh dengan hutan-hutan belantara. Mereka tidak mengenal kebersihan. Kotoran hewan dan sampah dapur dibuang di depan rumah sehingga menyebarkan bau-bau busuk. Dan kota terbesar di Eropa penduduk-nya tidak lebih dari 25.000 orang.
Kondisi di atas jauh banget bedanya ama keadaan kota-kota besar Islam pada waktu yang sama. Seperti di kota Cordoba, ibukota Andalus di Spanyol. Cordoba dikelilingi taman-taman hijau. Penduduknya lebih dari satu juta jiwa. Terdapat 900 tempat pemandian, 283.000 rumah penduduk, 80.000 gedung-gedung, 600 masjid, 50 rumah sakit, dan 80 sekolah. Semua penduduknya terpelajar. Karena orang-orang miskin pun menuntut ilmu secara cuma-cuma.
Selain ketinggian peradaban Islam, para ilmuwan Muslim juga punya peran besar dalam memajukan ilmu pengetahuan dunia.

Dalam bidang kedokteran ada Abu Bakr Muhammad bin Zakariya ar-Razi (Razes [864-930 M]) yang dikenal sebagai ‘dokter Muslim terbesar’; atau pakar kedokteran Abu Ali Al-Hussain Ibn Abdallah Ibn Sina (Avicenna [981-1037 M]). Jabir Ibnu Hayyan yang meninggal tahun 803 M disebut-sebut sebagai Bapak Kimia. Algoritma yang kita kenal dalam pelajaran matematik itu berasal dari nama seorang ahli matematik Muslim bernama Muhammad bin Musa Al-Khwarizmi (770-840 M). Dan masih bejibun ilmuwan-ilmuwan Islam yang menjadi pelopor perkembangan iptek di dunia. Kalo disebutin semua, ntar nggak kelar-kelar tulisannya. Hehehe..
Semua tinggal sejarah…

Bener. Semua kejayaan Islam yang diceritain di atas kini tinggal sejarah. Sebuah romantisme saat kita mengenangnya. Andalusia dikuasai lagi oleh orang kafir. Masjid Cordoba pun diubah menjadi tempat wisata. Gelar umat terbaik yang Allah berikan berubah menjadi umat tertindas. Padahal jumlah umat Islam buwanyak banget. Kenapa ya umat Islam bisa mundur?
Banyak faktor yang bikin umat Islam mundur. Salah satunya dari invasi pemikiran dan budaya sekular Barat. Menjelang keruntuhannya, kekhilafahan Utsmaniyah membolehkan orang-orang kafir untuk mendirikan berbagai pusat kajian ilmu pengetahuan. Padahal lembaga ini jadi pusat misionaris dan orientalis untuk menhancurkan pemiki-ran Islam. Mereka yang menghembus-kan nasionalisme untuk meme-cah-belah negeri-negeri yang tergabung dalam kekhila-fahan. Melalui agen-agennya, orang kafir berusaha masuk ke jajaran pemerintah dan menjadi pe-mimpin gerakan nasionalis yang berkembang di negeri-negeri Islam.
Dan akhirnya, tepat pada tanggal 3 Maret 1924 M (27 Rajab 1324 H) kekhilafahan Utsmaniyah dihapus. Setelah seorang agen Inggris, Mustafa Kemal mengumumkan pemecatan khalifah, pembu-baran sistem khilafah, dan menjauhkan Islam dari negara. Sejak saat itulah kondisi kaum Muslimin kian sekarat. Negeri-negeri kaum Muslimin terpecah-belah dan kejayaan Islam pun tinggal sejarah.

Mengembalikan kejayaan Islam
Sekarang udah tahu dong kenapa umat Islam bisa mundur? Yup, karena di depannya ada tembok. Jadi nggak bisa maju. Hehehe.. bukan ding, karena pengaruh pemikiran dan budaya sekular Barat. Padahal dulu Islam jaya justru karena semua-mua aturannya diterapkan oleh Khilafah Islamiyah. Islam diemban sebagai ideologi negara.
Berarti sekaranglah waktunya buat kita, kaum Muslimin untuk ikut berjuang demi kembalinya kejayaan Islam. Karena Khilafah Islam udah nggak ada, berarti tugas kita untuk ngadain lagi. Caranya? Cukup ngikutin teladan Rasulullah saw. yang mendirikan Negara Islam pertama di Madinah.

Pertama-tama Rasulullah mengajak orang-orang terdekatnya untuk masuk Islam. Lalu ikut mendakwahkan, dan memperjuang-kannya. Setelah agak banyak, beliau membentuk kelompok dakwah dengan Darul Arqam sebagai pusat pembinaannya. Makin lama, orang kafir mulai kurang ajar ama Rasulullah dan para sahabat. Beliau pun mengunjungi beberapa kabilah untuk meminta perlindungan atas kaum Muslimin dan dakwahnya. Sampai akhirnya, Mushab bin Umair yang diutus Rasul ke Yastrib (Madinah) untuk menyebarkan Islam membawa berita gembira. Dua suku terbesar di Yastrib, suku Aus dan Khazraj memeluk Islam dan bersedia diatur segala urusannya oleh Rasulullah. Maka beliau pun berhijrah dari Mekkah ke Madinah dan mendirikan Negara Islam pertama di sana.

Sekarang yang jadi pertanyaan, kira-kira posisi apa yang bisa kita tempatin untuk ikut andil dalam perjuangan Islam sekarang ini?

Gampang. Minimal kita nggak malu untuk mempelajari, memahami, dan menyampaikan Islam. Yang penting kita ambil bagian dalam dakwah Islam. Sebagai langkah awal, kita bisa ngikut kajian Islam. Syukur-syukur berlanjut jadi kajian rutin. Biar pemahaman kita makin kuat dan berani menyuarakan Islam di lingkungan kita yang sekular.

Bagusnya kita juga ikut gabung dengan harakah (gerakan Islam) yang bertujuan untuk menegakkan hukum Allah melalui tegaknya Khilafah Islamiyah. Dengan bertambahnya barisan perjuangan Islam dan keikhlasan para pejuang itu, kita berharap pertolongan Allah segera datang. Sehingga kaum Muslimin akan berjaya kembali. Seperti janji Allah:
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa (QS. an-Nûr [24]: 55)

Nah, kejayaan Islam memang tinggal sejarah, tapi dakwah Islam nggak boleh punah dong. Iya khan? Bahkan kita dan mungkin anak-cucu kita akan kembali mengukir sejarah ini. Kami pasti akan kembali! Islam pasti akan memimpin kembali dunia ini. Jadi tetep kenceng dakwahnya, tetep semangat berjuangnya, tetep istiqomah dalam jalan-Nya. We are the champions my friends! Hari ini dan esok milik kita. Insya Allah. [hafidz]


Cara Cerdas Menangkal Ghazwul Fikri

Remaja jaman kiwari dituntut ekstra waspada. Kenapa? Boleh dibilang jalan yang kita tempuh saat ini penuh lubang dan mendaki. Malah nggak jarang menghadapi berbagai rintangan yang bakal menghambat dan mengancam hidup kita. Bila tak hati-hati, rasanya pantas kalo kita jadi korbannya.

Sobat muda, pertarungan ideologi sedang berlangsung di hadapan kita. Bahkan secara tidak langsung kita pun terlibat di dalamnya. Tiga ideologi besar tengah bertempur untuk saling mengalahkan. Islam, kapitalisme, dan sosialisme—termasuk di dalamnya komunisme saling berebut pengaruh. Kita, remaja Islam, dihadapkan pada pilihan yang amat sulit. Nggak jarang kita kebingungan menentukan sikap. Harus bagaimana? Maklum, serangan yang dilancarkan kedua ideologi dunia itu tak selalu berbentuk ‘monster’ yang mengerikan. Sebaliknya malah tampil dengan dandanan yang memikat. Ibarat serigala berbulu domba. Siapa yang terjerat, dialah korbannya.

Kamu bisa liat sendiri faktanya. Ada teman kita yang gandrung dengan gaya hidup idolanya dari Barat. Sebut saja, banyak teman remaja yang ngefans berat dengan boysband asal Amrik dan Eropa; Westlife, Boyzone, Backstreet Boys, dan kawan-kawanya. Teman remaja puteri juga seperti nggak mau kalah. Mereka rame-rame mengidamkan tampil ala Britney Spears, Shakira, Christina Aguilera, atawa Kate Moss. Lewat musik, mereka terbawa gaya hidup Barat. Warna Islam pun mulai pudar dalam menghiasi kepribadian mereka. Celaka!

Sobat muda, inilah yang dinamakan ghazwul fikriy dan juga ghazwuts tsaqafiy (perang pemikiran dan perang kebudayaan). Mengapa Barat menggunakan serangan yang lebih smoot seperti ini? Karena mereka sadar betul, bahwa mengerahkan pasukan tempur untuk berhadapan dengan kaum muslimin, mereka masih trauma dengan kegagalan demi kegagalan pada Perang Salib ratusan tahun silam.

Itu sebabnya, kita ibarat menghadapi musuh yang nggak kentara, alias invisible. Hanya mereka yang punya ‘ilmu’ tinggi saja yang bisa mendeteksi keberadaan musuh tak terlihat itu. Lalu bagaimana agar kita bisa menghadapi serangan mereka?

Pahami ciri-ciri mereka

Kita mulai dengan belajar untuk mengenali dan memahami sepak terjang yang dilakukan musuh-musuh Islam. Ini mutlak dilakukan lho. Sebab, kalo kita nggak ngeh siapa lawan kita, rasanya bakal kesulitan dan kebingungan menghadapinya. Bagaimana cara mengenalinya?

Setiap orang biasanya punya ciri khas. Nah, begitupun dengan ideologi, ada ciri khasnya. Kapitalisme misalnya, punya prinsip “asas manfaat”. Artinya, yang jadi patokan itu bermanfaat secara materi atau tidak. Untung atau rugi. Bukan lagi persoalan halal atau haram seperti dalam Islam. Akibatnya, setiap orang yang mengamalkan atau yang terpengaruh dengan ide ini bakalan berbuat sesuka hatinya—tanpa melihat lagi ajaran agama. Pokoknya bebas nilai deh.

Nah, biasanya ide itu akan tercermin dalam kehidupan sehari-hari dari orang yang mengamalkan atau yang terpengaruh ide ini. Ambil contoh, maraknya bisnis pornografi, pelacuran, dan perjudian adalah karena ada manfaat di sana. Apa manfaatnya? Banyak duit beredar di jalur itu. Makanya nggak pernah diusik. Kalo pun ada masyarakat yang protes, pemerintah pake jurus ATM, alias Aksi Tutup Mata, seolah nggak melihat bahayanya. Ini salah satu akibat lanjut dari prinsip “asas manfaat”. Berbahaya memang.Ciri lainnya, yang sebetulnya masih satu rangkaian, yakni sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan). Pendek kata, kalo sholat kita kiblatnya ke Kabah, tapi dalam kehidupan sehari-hari kiblatnya adalah Amerika atau Eropa. Walhasil, banyak ditemukan remaja yang sholatnya rajin, tapi maksiatnya juga kuat. Itu karena mereka menganggap bahwa kehidupan dunia terpisah dengan aturan agama. Padahal, bagi seorang muslim, di mana pun kita berada, apapun aktivitas kita; baik urusan dunia atau akhirat, wajib selalu merujuk kepada aturan Islam.

Jadi, itu ide pokok kapitalisme. Kalo kamu udah bisa membedakan mana yang berasal dari Islam, dan mana yang bukan, insya Allah bakal selamat. Minimal tidak ikut-ikutan dulu dengan budaya amburadul mereka. Tul nggak?

Jangan malas mengkaji Islam

Ibarat dalam dunia persilatan, selain kita kudu mengetahui jurus khas pendekar lain, lengkap dengan kelemahannya, maka kita pun kudu menempa diri dengan jurus andalan kita. Supaya nggak keteteran kalo berhadapan dengan musuh kita.

Nah, begitupun untuk menghadapi perang pemikiran (ghazwul fikriy) dan perang kebudayaan (ghazwuts tsaqafiy) dari Barat, selain mengetahui gaya hidup dan kelemahan mereka, juga wajib menempa diri dengan tsaqafah Islam. Ini mutlak lho. Apalagi bagi teman-teman yang udah terjun dalam dakwah. Ilmu Islam wajib untuk dimiliki dan dikuasai. Sebab, tanpa ilmu Islam, kita nggak bisa melawan mereka dan juga menyelamatkan kaum muslimin yang lain. Sebab, yang sedang berlangsung sekarang adalah perang pemikiran, maka langkah bijak adalah melawan kembali dengan pemikiran. Lha, kalo kita nggak tahu ilmunya, apa yang mau dijadiin senjata? Tul nggak?

Jadi, mari kita ajak teman untuk meninggalkan budaya jahiliyahnya dengan mengenalkan budaya dan pemikiran alternatifnya, yakni Islam. Kebayang kan kalo ternyata kita sendiri nggak ngerti dengan solusinya. Ada yang nanya dan butuh jawaban, kitanya yang malah bengong. Jangan sampe deh.

Taktik bertahan dan menyerang

Ibarat permainan sepak bola, maka kita pun kudu punya taktik. Selain bertahan, kita juga kudu melakukan serangan. Bertahan artinya, jangan mudah tergoda dengan paham-paham dari Barat. Misalnya, paham permisivisme alias paham serba boleh dalam berbuat. Kita jangan tergoda untuk mengamalkanya. Sebab, jelas banget bahwa ide ini bertentangan dengan Islam. Islam mewajibkan bagi setiap Muslim untuk terikat dengan syariat Islam ketika berbuat. Nah, berarti bertahan di sini maksudnya adalah tidak kepincut untuk melakukan perbuatan maksiat.

Untuk melengkapi wawasan, kamu juga bisa deketin tuh temen-temen yang emang udah duluan kenal Islam, kuras semua ilmu dalam dirinya. Selain itu, kamu juga bisa aktif hadir di acara yang bertemakan Islam; entah seminar, pengajian umum, atau di majlis taklim dan masjid. Dan sebagai patokannya, kamu jangan memahami Islam sekadar informasi belaka, tapi kamu kudu jadikan Islam sebagai pemahaman. Artinya, Islam bukan sekadar teori belaka, tapi ada aspek amaliahnya. Bahasa kerennya, Islam kudu dipahami sebagai akidah dan syariat, alias ideologi. Sekali lagi, ideologi.

Insya Allah dengan taktik ini, kita bisa bertahan dari godaan berbagai paham dari Barat. Tapi ingat kawan, bertahan juga ada batasnya. Lama-lama bisa berantakan kalo terus-terusan dibombardir. Iya nggak? Itu sebabnya ada taktik untuk menyerang juga. Kita harus melawan paham ini. Caranya? Kita pahami dulu setiap ide yang berkembang di tengah masyarakat dengan kunti alias tekun dan teliti, lalu kita sikapi dengan sudut pandang Islam. Kalo ide itu rusak, ya kita serang. Yakni menjelaskan kepada masyarakat tentang kebobrokan ide-ide tersebut, baik secara lisan maupun tulisan. Sekuat kemampuan kita. Salam perjuangan dan kemenangan! Wallahu’alam[O. Solihin: sholihin@gmx.net]

 
Fastabiqul khairat © 2007 Template feito por Templates para Você